Rabu, 19 Januari 2011

ROBOTIKA

Desain

Simple Robot Design Robot sederhana Desain

Goal is to have the robot walking around without spending too much time on making it. Tujuan adalah memiliki robot berjalan sekitar tanpa menghabiskan waktu terlalu banyak membuatnya. To make choises easy, and prevent complications further along the building process, design constraints are defined. Untuk membuat pilihan yang mudah, dan mencegah komplikasi lebih lanjut sepanjang proses pembangunan, kendala desain didefinisikan. This has much impact on cost, complexity, and time to make the robot. Hal ini telah banyak dampak pada biaya, kompleksitas, dan waktu untuk membuat robot. Following constraints were defined for this robot: Berikut ini adalah kendala yang ditentukan untuk robot ini:
  1. Simple robot design, using ordinary tools to make the robot Desain robot yang sederhana, menggunakan alat-alat biasa untuk membuat robot
  2. Inexpensive and simple robot parts Murah dan bagian robot sederhana
  3. Much room for experimenting with algorithms Banyak ruang untuk bereksperimen dengan algoritma
  4. Sensors for autonomous movement Sensor gerakan otonom
  5. Wireless operation by using a standard robot servo controller Wireless operasi dengan menggunakan kontroler robot servo standar
  6. Hexapod (6 legged) walking robot design (see Figure 1 ) Hexapod (6 kaki) berjalan robot desain (lihat Gambar 1)

Figure 1 : Simple robot design using inexpensive parts. Gambar 1: Wikipedia robot desain menggunakan bagian murah.

Robot Leg Design Kaki robot Desain

Hexapod Robot Design Hexapod Robot Desain

So how does a simple 6 legged robot walk? Jadi bagaimana sebuah robot berkaki 6 sederhana berjalan? After investigation, it was found that 6 legged robots like the Extreme Hexapod ( http://www.lynxmotion.com ), with only 3 servos driving the robot, can move the robot not only forwards and backwards, but also can make the robot turn. Setelah diselidiki, ditemukan bahwa 6 robot berkaki seperti Hexapod Extreme ( http://www.lynxmotion.com ), dengan hanya 3 servos robot mengemudi, dapat bergerak robot tidak hanya maju dan mundur, tetapi juga bisa membuat robot giliran. The robot is also stable with always at least three three legs standing on the ground. Robot ini juga stabil dengan selalu setidaknya tiga tiga kaki berdiri di atas tanah. Because of the simplicity of this hexapod design, this concept was chosen. Karena kesederhanaan desain hexapod, konsep ini dipilih.

Improved Hexapod Design Peningkatan Hexapod Desain

After a careful study of a movie of the Extreme Hexapod robot walking in a straight line, it was found that the legs are slipping (rear legs the most), giving the impression of not being in control of the movement. Setelah studi cermat film dari robot Hexapod Extreme berjalan dalam garis lurus, ditemukan bahwa kaki tergelincir (kaki belakang yang paling), memberikan kesan tidak mengendalikan gerakan. After some further investigation, the cause of this is the rotation center of the front and rear legs not coinciding with pivot point of the opposite middle leg. Setelah beberapa penyelidikan lebih lanjut, penyebab dari hal ini adalah pusat rotasi dari depan dan kaki belakang tidak bertepatan dengan titik poros tengah kaki yang berlawanan. The robot design described here does not have this shortcoming. Desain robot yang dijelaskan di sini tidak memiliki kelemahan ini.
This robot complies to the rule of the pivot point (hence the name), see figure 2 below. Robot ini sesuai dengan aturan dari titik pivot (maka nama), lihat gambar 2 di bawah ini. This is the first revision of the robot. Ini adalah revisi pertama dari robot. Here you can see the robot standing on its right middle leg, and left front- and back leg. Di sini Anda dapat melihat robot berdiri pada kaki kanan tengah, dan kiri depan dan belakang kaki. The right front- and back leg are lifted upwards, as well as the middle left leg. Bagian depan kanan dan belakang kaki yang diangkat ke atas, serta kaki kiri tengah. When the right servo is turning counterclockwise, robot will turn clockwise, and move forward. Ketika servo kanan berputar berlawanan, robot akan berbalik arah jarum jam, dan bergerak maju. Because the right servo is located above the point where the middle leg is standing on the ground, the distance between the left middle leg and the front- and back right leg will remain the same. Karena servo kanan adalah terletak di atas titik di mana kaki tengah berdiri di tanah, jarak antara kaki tengah kiri dan kaki depan dan belakang kanan akan tetap sama. This is the first robot with this design concept. Ini adalah robot pertama dengan konsep desain.

Figure 2 : Rotation of the left legs while standing on the right middle leg, without sliding of legs. Gambar 2: Rotasi kaki kiri sambil berdiri di tengah kaki kanan, tanpa geser kaki.

Mechanics Mekanika

To keep the design simple, servomotors are used both to drive the robot, and to act as hinges for the legs. Untuk menjaga desain sederhana, servomotors digunakan baik untuk drive robot, dan bertindak sebagai engsel untuk kaki. This is because no hinges were found after a short search on the Internet for small hinges which could attached easily to the legs. Hal ini karena tidak ada engsel yang ditemukan setelah pencarian singkat di Internet untuk engsel kecil yang bisa menempel dengan mudah ke kaki. ( http://www.graupner.com ) ( http://www.servocity.com ) ( http://www.graupner.com ) ( http://www.servocity.com )
For the robot's framework supporting the servos, batteries and the controller, standard aluminum strips found at hardware stores can be used. Untuk kerangka robot mendukung servos, baterai dan controller, strip aluminium standar ditemukan di toko hardware yang dapat digunakan. They are strong enough, do not corrode, are easy to process (cutting using a handsaw, drilling using a drill), and easy to attach to each other using nuts and bolts, or even maybe glue. Mereka cukup kuat, tidak korosi, mudah untuk memproses (pemotongan menggunakan gergaji tangan seorang, pengeboran menggunakan bor), dan mudah melekat satu sama lain menggunakan mur dan baut, atau bahkan mungkin lem.
Best bet is using brass metal ( http://www.ksmetals.com ) found at hobby shops for the legs, and bending them in the desired shape, attach them directly to the servo wheels. taruhan terbaik adalah menggunakan logam kuningan ( http://www.ksmetals.com ) ditemukan di toko-toko hobi untuk kaki, dan lentur mereka dalam bentuk yang diinginkan, melampirkannya langsung ke roda servo.

Robot Design Risks Desain robot Risiko

All three servo motors are stressed extensively (see Calculations below): Ketiga motor servo stres ekstensif (lihat Perhitungan di bawah ini):
  1. Motor torque for the middle legs is 50% of the stall torque, and maximum operating speed for the front and rear legs is not reached because of the mass moment of inertia of the robot. torsi Motor untuk kaki tengah adalah 50% dari torsi kios, dan kecepatan operasi maksimum untuk depan dan kaki belakang tidak tercapai karena saat massa inersia robot.
  2. The servos are used as hinges for the legs, supporting the complete weight of the robot. Para servos digunakan sebagai engsel untuk kaki, mendukung berat lengkap dari robot.
  3. Because it is not known how much the servos can stand before failure, and it is not known how long the robot will be in operation, the cheap servos are selected. Karena tidak diketahui berapa banyak servos bisa berdiri di depan kegagalan, dan tidak diketahui berapa lama robot akan beroperasi, servos murah yang dipilih. In case the servos break down too soon, more durable servos can still be used. Dalam hal servos memecah terlalu cepat, lebih tahan lama servos masih bisa digunakan.
  4. Unknown in the beginning was the way to manufacture the legs and attach them to the servos. Tidak diketahui pada awalnya adalah cara untuk memproduksi kaki dan melampirkannya ke servos. Finally aluminum sheet was used. Akhirnya lembaran aluminium digunakan.

Robot Components Robot Komponen

Robot Controller Robot Controller

Acrononame Controller GP1
There are currently 3 controller brands: BasicX, OOPic, and Acroname. Saat ini ada merek kontroler 3: BasicX, OOPic, dan Acroname. BasicX produces the BasicX-24 programmable micro controller, which is a 24-pin EEPROM with 32k memory to store code written in the Basic programming language. BasicX menghasilkan BasicX-24 programmable controller mikro, yang merupakan EEPROM 24-pin dengan 32k memori untuk menyimpan kode yang ditulis dalam bahasa pemrograman Basic. It has 21 I/O lines from which 8 can be used as 10bit analog inputs, 2 for serial communications only. Ia memiliki 21 I / O baris dari yang 8 dapat digunakan sebagai 10bit input analog, 2 untuk komunikasi serial saja. The controller can be supplied with a development board, which has a serial connector to interface with a host. Controller dapat disediakan di papan pengembangan, yang memiliki konektor serial untuk antarmuka dengan host.
OOPic stands for Object Oriented Programmable PIC. OOPic adalah singkatan dari Object Oriented Programmable PIC. This controller is available on several controller boards, like the OOPic-R this board has an RS232 serial port, and 16 I/O lines for servos, I2C network, etc. Programs are written in Visual Basic, C++ and Java, and are compiled and downloaded to the controller via an freely downloadable Microsoft Windows Integrated Development Environment (IDE). kontroler ini tersedia pada papan controller beberapa, seperti OOPic-R board ini memiliki port serial RS232, dan 16 I / baris O untuk servos, jaringan I2C, dll Program ditulis dalam Visual Basic, C + + dan Java, dan disusun dan di-download ke controller melalui Microsoft Windows dapat didownload bebas Integrated Development Environment (IDE).
According to GMU Applied Robotics club, the first choice controller is however Acroname's Brainstem controller. Menurut UGM Robotika klub Terapan, controller pilihan pertama Namun batang otak Acroname's controller. It has 4 servo-, 5 analog-, 5 digital inputs, an I2C bus and RS232 Serial interface. Ia memiliki 4 servo-, 5 analog-, 5 input digital, bus I2C dan interface Serial RS232. It's size is 2.5 x 2.5". The servos connect directly to the controller pins, and are independant of the servo brand used. The RS232 interface requires a small, relatively cheap convertor board which has the standard 9 pin sub-d connector. Programs are written in Ansi C, and 11 1k programs can be stored, from which 4 can run concurrently. An interesting feature is the reflex architecture, which allows to respond based on sensor inputs. Programs are compiled and downloaded to the controller via Acroname's Console program, which is free downloadable at the manufacturer's site. ukuran Itu adalah 2,5 x 2,5 "The servos terhubung langsung ke pin controller, dan tidak bergantung dari merek servo yang digunakan.. Antarmuka RS232 membutuhkan papan, konverter kecil relatif murah yang memiliki 9 pin standar sub-konektor d. Program ditulis dalam Ansi C, dan 11 1k program dapat disimpan, dari mana 4 dapat berjalan bersamaan. Sebuah fitur menarik adalah arsitektur refleks, yang memungkinkan untuk merespon berdasarkan masukan sensor. Program dikompilasi dan di-download ke controller melalui program Console Acroname's, yang didownload gratis di situs produsen.
Also mentioned here, is the "attractive" GumStick ( http://www.gumstix.com ) 109$, Intel XScale PXA255 200MHz, 64MB SDRAM, 4 MB Strataflash, 80 x 20 x 6.3mm. Juga disebutkan di sini, adalah "menarik" GumStick ( http://www.gumstix.com ) 109 $, Intel XScale PXA255 200MHz, 64MB SDRAM, 4 MB Strataflash, 80 x 20 x 6.3mm. In a later stage of the project this embedded platform running Linux can be added to the robot to give much more room for experimenting with algorithms. Dalam tahap selanjutnya dari proyek ini platform tertanam menjalankan Linux dapat ditambahkan ke robot untuk memberikan lebih banyak ruang untuk bereksperimen dengan algoritma.

Robot Servo Motors Robot Servo Motors

RC servos can be categorized by their size, gear material and bearing types. RC servos dapat dikategorikan ukuran, bahan roda gigi dan jenis bantalan. Servo sizes are standardized, and are available in sub-micro, micro, mini, standard, and ¼ scale. Servo adalah ukuran standar, dan tersedia dalam sub-mikro, mini mikro,, standar, dan skala ¼. For this robot, compared to the size of the Brainstem controller, and price, the standard size servo was chosen, which is 40 x 20 x 36.5mm. Untuk robot ini, dibandingkan dengan ukuran controller batang otak, dan harga, servo ukuran standar dipilih, yaitu 40 x 20 x 36.5mm.
Wear and strength are determined by the gear type. Pakailah dan kekuatan yang ditentukan oleh jenis gigi. There are four gear types used in servos. Ada empat jenis peralatan yang digunakan dalam servos. Nylon Gears are used most because of price, little or no wear, and weight. Nylon Gears digunakan kebanyakan karena harga, pakai sedikit atau tidak ada, dan berat. Karbonite gears are gigi Karbonite adalah Servo gambar stronger (for instance, a nylon gear shaft bends easier than a karbonite one), and have better wear resistance. kuat (misalnya, batang gigi nilon membungkuk mudah dari satu karbonite), dan memiliki ketahanan aus yang lebih baik. Metal gears are even stronger, but wear much faster. Metal gear bahkan lebih kuat, tapi pakai lebih cepat. Top end servos are equipped with titanium gears, which are strongest, and have virtually no wear at all. akhir servos Top dilengkapi dengan roda gigi titanium, yang terkuat, dan hampir tidak memakai sama sekali. Strength is important in this hexapod design, since the legs are directly attached to the servos. Kekuatan sangat penting dalam desain ini hexapod, karena kaki langsung menempel pada servos.
Bearings used in servos are usually made of a plastic or metal shaft/bush combination. Bearing yang digunakan dalam servos biasanya terbuat dari plastik atau logam poros / kombinasi semak. For heavy-duty applications, ball bearings are used. Untuk aplikasi berat, bantalan bola digunakan. The servo used in this robot has plastic bearings, which still perform well, although a little play can be observed after 2 hours of operation. Servo yang digunakan pada robot ini memiliki bantalan plastik, yang masih berperforma baik, meskipun sedikit bermain dapat diamati setelah 2 jam operasi. This can either be caused by the nylon gears (and shaft), or the nylon bearings. Ini bisa disebabkan oleh gigi nilon (dan poros), atau bantalan nilon.
RC Servos in general have an operating power range between 4.8 and 6V, which is supplied by the red (+) and black or brown (ground) wires. RC Servos secara umum memiliki rentang daya yang beroperasi antara 4,8 dan 6V, yang disediakan oleh merah (+) dan hitam atau coklat (tanah) kabel. The servo set point is given with a third wire, which is yellow, orange or white, depending on the servo brand. Set point servo diberikan dengan kawat ketiga, yang kuning, oranye atau putih, tergantung pada merek servo. The signal is a pulse width modulated (PWM) signal with a frequency of 50Hz and amplitude of 3 - 5V. sinyal adalah lebar pulsa modulated (PWM) sinyal dengan frekuensi 50Hz dan amplitudo 3 - 5V. A pulse width of 1.5ms will send the servo to its neutral position. Sebuah lebar pulsa dari 1.5ms akan mengirimkan servo ke posisi netral.
For the robot, the Hitec HS322HD has been chosen. Untuk robot, yang HS322HD Hitec telah dipilih. It's slighty more expensive than the cheap 10$ servo and has karbonite gears. Ini slighty lebih mahal daripada 10 servo murah $ dan memiliki gigi karbonite. The robot performs well with these gears, although the stiffness of the legs could be improved by using stronger gear servos for this robot design. Robot melakukan dengan baik dengan roda gigi tersebut, meskipun kekakuan kaki dapat diperbaiki dengan menggunakan alat servos kuat untuk desain robot. The servo weighs 43 gram, draws a current of 500mA when loaded, and has a stall torque of 0.3Nm. Servo berat 43 gram, menarik arus 500mA saat dimuat, dan memiliki torsi warung dari 0.3Nm. See www.hitecrcd.com for more specifications, or the links page for different brand servos. Lihat www.hitecrcd.com untuk spesifikasi lebih lanjut, atau halaman link untuk servos merek yang berbeda.

Power Daya

Batteries: 4x2200mAh NimH AA, 10g, $3.5 each Baterai: 4x2200mAh NiMH AA, 10g, $ 3,5 masing-masing

Robot Calculations Perhitungan Robot

After a selection is made which electronic components will probably be used in the robot design, the design is verified by calculating the total mass of the electronics, and an estimate is done for the total mass of the robot. Setelah pemilihan dibuat yang komponen elektronik mungkin akan digunakan dalam desain robot, desain diverifikasi dengan menghitung total massa elektronik, dan estimasi dilakukan untuk massa total robot. The mass in turn will reveal if the chosen servo is capable of lifting the robot (the middle legs of this hexapod are connected to the servo which tilts the robot to the right or left side, see Figure 2 ). Massa pada gilirannya akan mengungkapkan jika servo dipilih adalah mampu mengangkat robot (kaki tengah hexapod ini terhubung ke servo robot yang miring ke kanan atau ke kiri, lihat Gambar 2).

Robot Weight Robot Berat

One of the most important aspects of the design is de mass of the robot. Salah satu aspek yang paling penting dari desain adalah de massa robot. It determines the required force to lift the robot, and subsequenty the servos to be used. Ini menentukan gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat robot, dan subsequenty yang servos yang akan digunakan. The speed is also dependant of the mass. Kecepatan juga tergantung dari massa. In general for a hexapod, the heavier the robot is, the slower it will be, and shorter battery life will be. Secara umum untuk hexapod, maka lebih berat robot ini, semakin lambat akan, dan daya tahan baterai akan lebih pendek. This robot is a relatively small robot and has three servo's, from which one servo is used to tilt the robot. Robot ini adalah robot relatif kecil dan memiliki tiga servo, dari yang satu servo digunakan untuk memiringkan robot. More complex hexapod designs with more than three servo's for controlling the legs probably have shorter battery life since more than one servo have to lift the robot. desain hexapod lebih kompleks dengan lebih dari tiga servo untuk mengendalikan kaki mungkin memiliki daya tahan baterai lebih pendek sejak lebih dari satu servo harus mengangkat robot.
First, let's calculate the total mass of the electronic components: Pertama, mari kita menghitung massa total komponen elektronik:
M Electronics = M Brainstem + 3 x M servo + 4 x M AA Batteries = 0.09 + 3 x 0.043 + 4 x 0.010 = 0.178kg M Elektronik = M batang otak + 3 x M servo + 4 x M Baterai AA = 0,09 + 3 x 0,043 + 4 x 0,010 = 0.178kg
Total mass of the robot is assumed to be twice as much as the mass of the electronics: Jumlah massa robot diasumsikan dua kali lipat massa elektronik:
M Total = 2 x M Electronics = 2 x 0.178kg = 0.356kg M Total = 2 x M Elektronik = 2 x = 0.356kg 0.178kg

Servo Torque for Lifting the Robot Servo Torsi untuk Mengangkat Robot

For this calculation, it is assumed the middle legs are a "Brainstem's width" apart. Untuk perhitungan ini, diasumsikan kaki tengah adalah "lebar batang otak itu" terpisah. The middle leg, when doing nothing else than lifting the robot, has to lift half the weight of the robot. Kaki tengah, ketika melakukan hal lain selain mengangkat robot, harus angkat berat setengah robot. This has to be, since the robot is in equilibrium when it's not moving. Hal ini mungkin terjadi, karena robot berada dalam ekuilibrium ketika itu tidak bergerak. This means there is no acceleration in any direction (both translation and rotation). Ini berarti tidak ada percepatan dalam arah (baik translasi dan rotasi). There is no acceleration in vertical direction (say the robot is falling) because the gravitational force mxg (pointing downwards) is equal and oppisite to the total force exerted on the legs via the gound (pointing upwards). Tidak ada percepatan dalam arah vertikal (misalnya robot yang jatuh) karena mxg gaya gravitasi (menunjuk ke bawah) sama dan oppisite dengan gaya total yang bekerja pada kaki melalui (menunjuk ke atas) gound. The same applies to rotation. Hal yang sama berlaku untuk rotasi. Since the robot is not tumbling over in this equilibrium state, the total momentum of the forces on the centre of gravity of the robot is zero. Karena robot ini tidak jatuh di atas dalam keadaan setimbang, momentum total gaya pada pusat gravitasi robot adalah nol. So the momentum caused by the force exerted on the middle leg, is the same as the total momentum exerted on the opposite front and back leg. Jadi momentum yang disebabkan oleh gaya yang bekerja pada kaki tengah, adalah sama dengan momentum total diberikan pada bagian depan dan kaki belakang yang berlawanan. So this is the reason the middle leg lifts half the weight of the robot. Jadi, ini adalah alasan kaki lift tengah setengah berat robot. Required torque to lift the robot for the middle leg would then be: torsi Diperlukan untuk mengangkat robot untuk kaki tengah kemudian akan:
T = L Brainstem x ½ x M total xg = 0.064 x ½ x 0.356 x 10 = 0.14Nm T = L batang otak x ½ x M xg total = 0.064 x ½ x 0,356 x 10 = 0.14Nm
This is about half the stall torque of the servo. Ini adalah sekitar setengah dari torsi kios dari servo. Conclusion: the chosen servo is capable of tilting the robot with the assumed mass of the robot. Kesimpulan: servo dipilih mampu memiringkan robot dengan massa diasumsikan robot.

Servo Torque for Walking Servo Torsi untuk Berjalan

The other two servos are used to move the legs of the robot back and forward. Dua lainnya servos digunakan untuk menggerakkan kaki robot belakang dan ke depan. According to the specifications of the intended servos, the operating speed at 4.8V is 60 / 0.19 = 315°/s. Menurut spesifikasi servos dimaksud, kecepatan beroperasi pada 4.8V adalah 60 / 0,19 = 315 ° / s. Assumed is that the legs will move +/- 15 degrees. Diasumsikan bahwa kaki akan bergerak + / - 15 derajat. The time to move a leg forwards or backwards would then be 0.05s. Waktu untuk menggerakkan kaki maju atau mundur maka akan 0.05s. This is however not the actual speed, since the specifications are based on a servo without any load. Namun ini bukan kecepatan yang sebenarnya, karena spesifikasi yang didasarkan pada servo tanpa beban apapun. Therefore, the mass of the robot has to be taken into account here. Oleh karena itu, massa robot harus diperhitungkan di sini.
Like Newton's second law F = mxa (a force F is required to accelerate a mass with acceleration a) for linear movements, the same is applicable for rotations. Seperti F hukum kedua Newton = mxa (gaya F diperlukan untuk mempercepat massa dengan percepatan a) untuk gerakan linear, hal yang sama berlaku untuk rotasi. In this case, a momentum is required to give a body with a certain mass moment of inertia a specific angular acceleration. Dalam hal ini, momentum diperlukan untuk memberikan tubuh dengan momen inersia massa tertentu percepatan sudut tertentu. To calculate the mass moment of inertia, the weight is assumed to be distributed evenly with a radius of half a Brainstem's width plus half a servo width: Untuk menghitung momen inersia massa, berat diasumsikan akan didistribusikan merata dengan radius setengah lebar batang otak itu ditambah setengah lebar servo:
R = ½ x 0.032 + ½ x 0.040 = 36mm R = ½ x 0.032 + ½ x 0,040 = 36mm
Mass Moment of Inertia will then be: Massa Momen Inersia kemudian akan:
I = R 2 x M Total = 0.036 2 x 0.356 = 0.46 x 10 -3 kgm 2 I = R x Jumlah M 2 = 0.036 2 x 0,356 = 0,46 x 10 -3 kgm 2
Acceleration is calculated with the stall torque of the servo: Percepatan dihitung dengan torsi warung dari servo:
a = T Stall / I = 0.3 / 0.46 x 10 -3 = 650rad/s 2 = 37°/s 2 a = T Stall / I = 0,3 / 0,46 x 10 -3 = 650rad / s 2 = 37 ° / s 2
Time to reach operating speed: Waktu untuk mencapai kecepatan operasi:
T Operating = V Operating / a = 315 / 37 = 8s T Operasi = V Operasional / a = 315 / 37 = 8s
This means the servo will not reach it's maximum operating speed. Ini berarti servo tidak akan mencapai itu kecepatan operasi maksimum.

Robot Power Consumption Robot Konsumsi Daya

Total robot current consumption of one Brainstem and 3 servos: Jumlah robot konsumsi arus dari satu batang otak dan 3 servos:
I Total = I Brainstem + 3 x I Servo = 0.050 + 3 x 0.15 = 0.5A Aku Jumlah = Saya batang otak + 3 x saya Servo = 0,050 + 3 x 0,15 = 0.5A
Battery Life depends on the battery capacity Q of the 4 AA batteries, and the total robot current consumption: Battery Life bergantung pada kapasitas baterai Q dari 4 baterai AA, dan konsumsi robot arus total:
T Battery = 4 x Q / I Total = 4 x 0.2200 / 0.5 = 1.76h = 1:45h Baterai T = 4 x Q / I Total = 4 x 0,2200 / 0,5 = 1.76h = 1:45 h

Robot Building Costs Robot Biaya Bangunan

Acroname's controller, including serial interface is about 100$. Acroname controller, termasuk antarmuka serial adalah sekitar 100 $. The HS322HD servo and SRF04 ultrasonic range sensor cost about 15$ and 25$. Para HS322HD servo dan sensor jarak SRF04 ultrasonik biaya sekitar 15 $ dan 25 $. Adding four chargeable batteries, and a battery pack totals to 190$. Menambahkan empat baterai dikenakan biaya, dan baterai total untuk 190 $. The other building materials (two sizes aluminum sheet, nuts and bolts), is about 20$. Bahan bangunan lainnya (dua ukuran aluminium lembaran, mur dan baut), adalah sekitar 20 $. So the total cost of the robot is just above 200$, which is a cheap robot compared to other simple hexapod designs. Jadi total biaya robot hanya di atas 200 $, yang merupakan robot murah dibandingkan dengan desain hexapod sederhana. However, take into account shipping costs and import / export fees. Namun, memperhitungkan biaya pengiriman rekening dan impor / biaya ekspor. The shipment from the US to Holland resulted in an extra 90$. Pengiriman dari AS ke Belanda menghasilkan tambahan $ 90.

Kamis, 13 Januari 2011

sistem komunikasi satelit 17-1-2011


Diposkan oleh Evi Andriani 5Share Jumat, 11 Juni 2010
1. Sebutkan berbagai definisi konsep dasar komunikasi satelit, jenis orbit dan posisi toleransi kemiringan yang dibolehkan pada orbit satelit geosationer?
Jawab:

Konsep dasar komunikasi satelit:
- Stasiun bumi adalah suatu stasiun komunikasi radio, terletak di permukaan bumi (atau bagian utama dari atmosfer bumi) dan ditujukan untuk komunikasi dengan ruang angkasa atau dengan stasiun lainnya melalui stasiun ruang angkasa atau obyek lain di ruang angkasa.
Komunikasi satelit adalah komunikasi antara stasiun bumi melalui stasiun ruang angkasa

- Satellite link adalah jalur komunikasi antara stasiun bumi melalui satu satelit dan terdiri dari link bumi ke satelit (up link) dan link dari satelit ke bumi (down link).

- Penyiaran satelit adalah transmisi dari program radio penyiaran (televise dan audio) dari stasiun transmisi bumi ke stasiun penerima melalui stasiun ruang angkasa.

- Stasiun bumi penerima, untuk menerima program TV atau informasi penyiaran lainnya

- Pemancar stasiun bumi adalah stasiun yang mentrasnmisi informasi penyiaran dalam earth satellite link ditujukan untuk distribusi melalui suatu jaringan stasiun penerima.

- Monitor stasiun bumi adalah stasiun yang menjaga track dari mode operasi dari sebuah komunikasi satelit, dari observasi oleh stasiun bumi dari jaringan yang penting untuk pengoperasian jaringan secara keseluruhan.

Orbit satelit menurut ketinggiannya:
-Orbit rendah (low earth orbit) ketinggiannya 1000 – 5000 km.
-Orbit menengah (medium earth orbit) ketinggiannya 5000 – 200.000 km.
-Orbit sinkron (geosynchronous orbit) ketinggiannya 36.000 km.

Orbit satelit menurut jenis peredarannya:
-Orbit polar, yaitu orbit dengan inklinasi sebesar 900 yang memungkinkan pengamatan seluruh permukaan bumi.
-Orbit retrogade, yaitu satelit yang bergerak dari timur ke barat (berlawanan dengan perputaran bumi) dengan tujuan untuk menjamin satelit agar tetap disinari matahari pada waktu-waktu tertentu.
-Orbit petrogade, yaitu satelit bergerak dari barat ke timur.
-Orbit sinkron, yaitu orbit dengan ketinggian tertentu yang mempunyai periode edar sama dengan periode rotasi bumi.
Orbit geostasioner adalah orbit satelit dengan ketinggian kira-kira 35.800 km, bergerak dari barat ke timur dengan inklinasi 00.

2. Sebutkan parameter-parameter komunikasi satelit dan jelaskan!
Ada 10 parameter yang harus diperhatikan dalam sistem komunikasi satelite. Berikut parameter dan penjelasannya:
Jawab:

Parameter-parameter komunikasi satelit:
- Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) adalah besaran yang merupakan gabungan antara penguatan antenna dan daya pancar suatu sumber sinyal.
EIRP = PTGT
PT = daya yang masuk ke antena (W)
GT = penguatan antena

- Sudut elevasi adalah sudut yang diukur dari garis horizontal lokal seorang pengamat ke satelit

- Sudut elevasi adalah sudut yang diukur dari garis horizontal lokal seorang pengamat ke satelit.

γ = sudut antara stasiun bumi dan satelit dan pusat bumi sebagai pusatnya

d = jarak antara stasiun bumi ke satelit (km)

- Saturated Flux Density (SFD) adalah batas fluks jenuh yang dapat diterima oleh satelit sehinggan menghasilkan daya keluaran maksimum.

EIRPsat = EIRP yang dibutuhkan untuk membuat TWTA satelit jenuh (W)

-Pad adalah komponen yang ada pada tiap transponder yang berfungsi untuk meningkatkan SFD transponder.

- Figure of Merit (G/T) adalah perbandingan antara penguatan penerimaan antenna dengan temperature derau sisten penerima yang menunjukkan unjuk kerja sistem penerima dalam kaitannya dengan sensitifitas penerimaan sinyal.

- Carrier-to-Noise Power Ratio (C/N) adalah perbandingan antara daya sinyal pembawa dengan daya derau.

- Bit Error Ratio (BER) adalah perbandingan antara jumlah bit informasi yang diterima secara tidak benar dengan jumlah bit informasi yang ditransmisikan pada selang waktu tertentu.
- Rugi-rugi propagasi

• Rugi ruang bebas adalah daya yang hilang karena proses menjalarnya energy elektromagnetik melalui ruang.

d = jarak stasiun bumi ke satelit (m)
λ = panjang gelombang (m)
• Rugi hujan merupakan hasil penyerapan dan hamburan yang dilakukan oleh hujan.
• Rugi atmosfir, disebabkan partikel-partikel yang terdapat di atmosfir.
- Rugi polarisasi, disebabkan ketidaksempurnaan antena penerima yang menerima selain komponen sinyal dikehendaki juga komponen sinyal yang tidak dikehendaki.
Rugi pengarahan antena, dapat terjadi apabila pengarahan antena tidak satu garis lurus dengan vektor posisi satelit.

Kamis, 06 Januari 2011

mikrokontroller

MIKROKONTROLLER

1.1. Organisasi Memori
Semua divais 8051 mempunyai ruang alamat yang terpisah untuk memori program dan memori data, seperti yang ditunjukkan pada gambar1.1. dan gambar 1.2. Pemisahan secara logika dari memori program dan data, mengijinkan memori data untuk diakses dengan pengalamatan 8 bit, yang dengan cepat dapat disimpan dan dimanipulasi dengan CPU 8 bit. Selain itu, pengalamatan memori data 16 bit dapat juga dibangkitkan melalui register DPTR. Memori program ( ROM, EPROM dan FLASH ) hanya dapat dibaca, tidak ditulis. Memori program dapat mencapai sampai 64K byte. Pada 89S51, 4K byte memori program terdapat didalam chip. Untuk membaca memori program eksternal mikrokontroller mengirim sinyal PSEN ( program store enable )
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro1.gif
Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051
Memori data ( RAM ) menempati ruang alamat yang terpisah dari memori program. Pada keluarga 8051, 128 byte terendah dari memori data, berada didalam chip. RAM eksternal (maksimal 64K byte). Dalam pengaksesan RAM Eksternal, mikrokontroller mingirimkan sinyal RD ( baca ) dan WR ( tulis ).
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro2.gifhttp://www.mytutorialcafe.com/image/intro3.gif
Gambar 1.2. Arsitektur Memori Mikrokontroller 8051
1.1.1. Program Memory
Gambar 1.2. menunjukkan suatu peta bagian bawah dari memori program. Setelah reset CPU mulai melakukan eksekusi dari lokasi 0000H. Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 1.3, setiap interupsi ditempatkan pada suatu lokasi tertentu pada memori program. Interupsi menyebabkan CPU untuk melompat ke lokasi dimana harus dilakukan suatu layanan tertentu.
Interupsi Eksternal 0, sebagi contoh, menempatai lokasi 0003H. Jika Interupsi Eksternal 0 akan digunakan, maka layanan rutin harus dimulai pada lokasi 0003H. Jika interupsi ini tidak digunakan, lokasi layanan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai Memori Program.
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro4.gif
Gambar 1.3. Peta Interupsi mikrokontroller 8051

1.1.2 Memory Data
Pada gambar 1.2. menunjukkan ruang memori data internal dan eksternal pada keluarga 8051. CPU membangkitkan sinyal RD dan WR yang diperlukan selama akses RAM eksternal. Memori data internal terpetakan seperti pada gambar 1.2. Ruang memori dibagi menjadi tiga blok, yang diacukan sebagai 128 byte lower, 128 byte upper dan ruang SFR.
Alamat memori data internal selalu mempunyai lebar data satu byte. Pengalamatan langsung diatas 7Fh akan mengakses satu alamat memori, dan pengalamatan tak langsung diatas 7Fh akan mengakses satu alamat yang berbeda. Demikianlah pada gambar 1.4 menunjukkan 128 byte bagian atas dan ruang SFR menempati blok alamat yang sama, yaitu 80h sampai dengan FFh, yang sebenarnya mereka terpisah secara fisik
128 byte RAM bagian bawah dikelompokkan lagi menjadi beberapa blok, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.5. 32 byte RAM paling bawah, dikelompokkan menjadi 4 bank yang masing-masing terdiri dari 8 register. Instruksi program untuk memanggil register-register ini dinamai sebagai R0 sampai dengan R7. Dua bit pada Program Status Word (PSW) dapat memilih register bank mana yang akan digunakan. Penggunaan register R0 sampai dengan R7 ini akan membuat pemrograman lebih efisien dan singkat, bila dibandingkan pengalamatan secara langsung.
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro5.gif
Gambar 1.4. Memori data internal
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro6.gif
Gambar 1.5. RAM internal 128 byte paling bawah
Semua pada lokasi RAM 128 byte paling bawah dapat diakses baik dengan menggunakan pengalamatan langsung dan tak langsung. 128 byte paling atas hanya dapat diakses dengan cara tak langsung, gambar 1.6.
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro7.gif
Gambar 1.6. RAM internal 128 byte paling atas
1.1.3. Special Function Register
Sebuah peta memori yang disebut ruang special function register ( SFR ) ditunjukkan pada gambar berikut. Perhatikan bahwa tidak semua alamat-alamat tersebut ditempati, dan alamat-alamat yang tak ditempati tidak diperkenankan untuk diimplementasikan. Akses baca untuk alamat ini akan menghasilkan data random, dan akses tulis akan menghasilkan efek yang tak jelas.
Accumulator
ACC adalah register akumulator. Mnemonik untuk instruksi spesifik akumulator ini secara sederhana dapat disingkat sebagai A.
Register B
Register B digunakan pada saat opersi perkalian dan pembagian. Selain untuk keperluan tersebut diatas, register ini dapat digunakan untuk register bebas.
Program Status Word
Register PSW terdiri dari informasi status dari program yang secara detail ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Stack Pointer
Register Pointer stack mempunyai lebar data 8 bit. Register ini akan bertambah sebelum data disimpan selama eksekusi push dan call. Sementara stack dapat berada disembarang tempat RAM. Pointer stack diawali di alamat 07h setelah reset. Hal ini menyebabkan stack untuk memulai pada lokasi 08h.
Data Pointer
Pointer Data (DPTR) terdiri dari byte atas (DPH) dan byte bawah (DPL). Fungsi ini ditujukan untuk menyimpan data 16 bit. Dapat dimanipulasi sebagai register 16 bit atau dua 8 bit register yang berdiri sendiri.
http://www.mytutorialcafe.com/image/intro8.gif
Gambar 1.7. Peta SFR

Ports 0, 1, 2 dan 3
P0, P1, P2 dan P3 adalah SFR yang ditempati oleh Port 0, 1, 2 dan 3. Menulis suatu logika 1 terhadap sebuah bit dari sebuah port SFR ( P0, P1, P2 atau P3) menyebabkan pin output port yang bersesesuaian akan berada dalam kondisi logika high ‘1’. Dan sebaliknya
Buffer Data Serial
Buffer serial sesungguhnya merupakan dua buah register yang terpisah, buffer pemancar dan buffer penerima. Ketika data diisikan ke SBUF, maka akan menuju ke buffer pemancar dan ditahan untuk proses transmisi. Ketika data diambil dari SBUF, maka akan berasal dari buffer penerima.
Registers Timer
Pasangan register ( TH0, TL0) dan (TH1, TL1) adalah register pencacah 16 bit untuk Timer/ Counter 0 dan 1, masing-masing.
Register Control
Registers IP, IE, TMOD, TCON, SCON, dan PCON terdiri dari bit control dan status.
Program Status Word
PSW atau Program Status Word berisi bit-bit status yang berkaitan dengan kondisi atau keadaan CPU mikrokontroler pada saat tersebut. PSW berada dalam lokasi ruang SFR ( perhatikan pada gambar 1.9, dengan lokasi alamat D0h ). Pada PSW ini kita dapat memantau beberapa status yang meliputi: carry bit, auxiliary carry ( untuk operasi BCD ), dua bit pemilih bank register, flag overflow, sebuah bit paritas dan dua flag status yang bisa didifinisikan sendiri. Bit carry dapat juga anda guakan pada keperluan operasi aritmatika, juga bisa digunakan sebagai universal akumulator untuk beberapa operasi boolean.
Table 1.2.1 Program Status Word
MSB

LSB
CY
AC
F0
RS1
RS0
OV
-
P








 
BIT
SYMBOL
FUNCTION
PSW.7
CY
Carry flag.
PSW.6
AC
Auxilliary Carry flag. (For BCD operations.)
PSW.5
F0
Flag 0. (Available to the user for general purposes.)
PSW.4
RS1
Register bank select control bit 1.
Set/cleared by software to determine working register bank. (See Note.)
PSW.3
RS0
Register bank select control bit 0.
Set/cleared by software todetermine working register bank. (See Note.)
PSW.2
OV
Overflow flag.
PSW.1
-
User-definable flag.
PSW.0
P
Parity flag.
Set/cleared by hardware each instruction cycle to indicate an odd/even number of “one” bits in the Accumulator, i.e., even parity.
Bit RS0 dan RS1 dapat digunakan untuk memilih satu dari empat bank register sebagaimana ditunjukkan pada tabel 19.2. Bit paritas dapat digunakan untuk mengetahuai jumlah logika '1' pada akumulator: P=1 bila pada akumulator mempunyai logika '1' yang jumlahnya ganjil, dan P=0 jika akumulator mempunyai logika '1' yang jumlahnya genap. Dua bit yang lain PSW1 dan PSW5 dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan

Tabel 1. 2. Alamat rekening bank
RS1
RS0
Bank
Address RAM
0
0
0
00 h - 07 h
0
1
1
08 h - 0F h
1
0
2
10 h - 17 h
1
1
3
18 h - 1F h

1.2. Pengalamatan
Mode pengalamatan, mengacu bagaimana anda mengalamati suatu lokasi memori tertentu Mode pengalamatan pada set instruksi 8051 adalah ditunjukkan sebagai berikut
Immediate Addressing MOV A,#20h
Direct Addressing MOV A,30h
Indirect Addressing MOV A,@R0
External Direct MOVX A,@DPTR
Code Indirect MOVC A,@A+DPTR
1.2.1 Immediate Addressing
Immediate addressing dinamakan seperti ini, karena nilai yang akan disimpan didalam memori, secara langsung berada dalam kode.
      org 0h
start:MOV A,#20h; put constant 20 into Acc
      end
Org 0h
Start:MOV 70h,#0h; put constant 0 into RAM 70h
      MOV 71h,#1h;
      MOV 72h,#2h;
      end
;
      Org 0h
Start:MOV DPTR,#1234h;put constant 1234 into DPTR
      end
 Org 0h
Start:MOV PSW,#0; Select register bank 0
      MOV R0,#0; put 0 into register 0
      MOV R1,#1; put 1 into register 1
      MOV R2,#2; put 2 into register 2
      MOV R3,#3; put 3 into register 3
      MOV R4,#4; put 4 into register 4
      MOV R5,#5; put 5 into register 5
      MOV R6,#6; put 6 into register 6
      MOV R7,#7; put 7 into register 7
      end
      ;
org 0h
Start:MOV PSW,#8; Select register bank 1
      MOV R0,#0; put 0 into register 0
      MOV R1,#1; put 1 into register 1
      MOV R2,#2; put 2 into register 2
      MOV R3,#3; put 3 into register 3
      MOV R4,#4; put 4 into register 4
      MOV R5,#5; put 5 into register 5
      MOV R6,#6; put 6 into register 6
      MOV R7,#7; put 7 into register 7
      end
Immediate addressing adalah pengalamatan yang sangat cepat karena nilai yang akan diloadkan berada didalam instruksi tersebut.
1.2.2. Direct Addressing
Disebut direct addressing karena nilai yang akan disimpan didalam memori, diperoleh secara langsung dari memori yang lain.
      org 0h
Start:MOV A,30h;
      end
      Org 0h
Start:Mov 70h,#1;put constant 1 into RAM 70h
      Mov A, 70h;copy RAM 70 content into Acc
      Mov A,#0 ;put constant 0 into Acc
      Mov 90h,A ;copy Acc content into RAM 90h
      end
Inbyte equ 70h
Port1 equ 90h
      Org 0h
Start:Mov Inbyte,#3;put constant 3 into RAM 70h
      Mov A,Inbyte ;copy RAM 70h content into Acc
      Mov A,#0 ;Clear accumulator
      Mov Port1,A ;copy Acc content into RAM 90h
      end
Org 0h
Mov DPTR,#Character
Start:Mov A, #0
      Inc DPTR
      Movc A, @A+DPTR
      Mov R0,A
      Sjmp Start
Character:
      DB 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
1.2.3 Indirect Addressing
Indirect addressing adalah mode pengalamatan yang sangat ampuh, yang memberikan fleksibelitas dalam hal transfer data. Indirect addressing juga satu-satunya cara untuk mengakses 128 byte ekstra dari internal RAM yang ditemukan pada keluarga 8052.
MOV A,@R0
Instruksi ini menyebabkan 8051 menganalisa nilai dari register R0. 8051 kemudian akan mengambil data dari akumulator dengan nilai yang berasal dari alamat RAM internal yang ditunjukkan oleh R0. Sebagai contoh, misal R0 akan digunakan untuk menandai alamat RAM 40h yang berisi data 67h. Ketika instruksi diatas, dieksekusi maka 8051 akan melihat nilai dari R0, yang berisi 40h, dan mengirimkan isi RAM 40h (dalam hal ini mempunyai nilai 67h) ke akumulator.
MOV R0,#99h ;
MOV @R0,#01h;
Instruksi tersebut adalah tidak valid. Karena indirect addressing selalu mengacu ke RAM internal, dua instruksi ini akan menulis nilai 01 ke RAM internal alamat 99h pada 8052. Pada 8051 instruksi tersebut akan menghasilkan hasil yang tak terdifinisi, karena 8051 hanya mempunyai internal RAM 128 byte
Org 0h
Start:Mov PSW, #0 ; choose register bank 0
      Mov R0, #78h; put constant 78h into R0
      Mov @R0, #1 ; put contanta 1 into 78h
      end
Org 0h
Start:Mov PSW,#0; pilih register bank 1
      Mov R0,90h; copy RAM 90h content into R0
      Mov @R0,#1; put constant 1 into 90h
      End
      ;
        

1.3. Set Instruksi
Program pengendali mikrokontroler disusun dari kumpulan instruksi, instruksi tersebut setara dengan kalimat perintah bahasa manusia yang hanya terdiri atas predikat dan objek. Dengan demikian tahap pertama pembuatan program pengendali mikrokontroler dimulai dengan pengenalan dan pemahaman predikat (kata kerja) dan objek apa saja yang dimiliki mikrokontroler.
Objek dalam pemrograman mikrokontroler adalah data yang tersimpan di dalam memori, register dan input/output. Sedangkan ‘kata kerja’ yang dikenal pun secara umum dikelompokkan menjadi perintah untuk perpindahan data, arithmetik, operasi logika, pengaturan alur program dan beberapa hal khusus. Kombinasi dari ‘kata kerja’ dan objek itulah yang membentuk perintah pengatur kerja mikrokontroler.
Intruksi MOV A,$7F merupakan contoh sebuah intruksi dasar yang sangat spesifik, MOV merupakan ‘kata kerja’ yang memerintahkan peng-copy-an data, merupakan predikat dalam kalimat perintah ini. Sedangkan objeknya adalah data yang di-copy-kan, dalam hal ini adalah data yang ada di dalam memori nomor $7F di-copy-kan ke Akumulator A.
Penyebutan data dalam MCS51
Data bisa berada diberbagai tempat yang berlainan, dengan demikian dikenal beberapa cara untuk menyebut data (dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai ‘Addressing Mode’), antara lain sebagai berikut.
1. Penyebutan data konstan (immediate addressing mode): MOV A,#$20. Data konstan merupakan data yang berada di dalam instruksi. Contoh instruksi ini mempunyai makna data konstan $20 (sebagai data konstan ditandai dengan ‘#’) di-copy-kan ke Akumulator A. Yang perlu benar-benar diperhatikan dalam perintah ini adalah bilangan $20 merupakan bagian dari instruksi.
2. Pnyebutan data secara langsung (direct addressing mode), cara ini dipakai untuk menunjuk data yang berada di dalam memori dengan cara menyebut nomor memori tempat data tersebut berada : MOV A,$30. Contoh instruksi ini mempunyai makna data yang berada di dalam memori nomor $30 di-copy-kan ke Akumulator. Sekilas intruksi ini sama dengan instruksi data konstan di atas, perbedaannya instruksi di atas memakai tanda ‘#’ yang menandai $20 adalah data konstan, sedangkan dalam instruksi ini karena tidak ada tanda ‘#’ maka $30 adalah nomor dari memori.
3. Penyebutan data secara tidak langsung (indirect addressing mode), cara ini dipakai untuk menunjuk data yang berada di dalam memori, kalau memori penyimpan data ini letaknya berubah-rubah sehingga nomor memori tidak disebut secara langsung tapi di-‘titip’-kan ke register lain : MOV A,@R0.
4. Dalam instruksi ini register serba guna R0 dipakai untuk mencatat nomor memori, sehingga instruksi ini mempunyai makna memori yang nomornya tercatat dalam R0 isinya di-copy-kan ke Akumulator A.
5. Tanda ‘@’ dipakai untuk menandai nomor memori disimpan di dalam R0.
6. Bandingkan dengan instruksi penyebutan nomor memori secara langsung di atas, dalam instruksi ini nomor memori terlebih dulu disimpan di R0 dan R0 berperan menunjuk memori mana yang dipakai, sehingga kalau nilai R0 berubah memori yang ditunjuk juga akan berubah pula.
7. Dalam instruksi ini register serba guna R0 berfungsi dengan register penampung alamat (indirect address register), selain R0 register serba guna R1 juga bisa dipakai sebagai register penampung alamat.
8. Penyebutan data dalam register (register addressing mode): MOV A,R5. Instruksi ini mempunyai makna data dalam register serba guna R5 di-copy-kan ke Akumulator A. Instruksi ini membuat register serba guna R0 sampai R7 sebagai tempat penyimpan data yang sangat praktis yang kerjanya sangat cepat.
9. Data yang dimaksud dalam bahasan di atas semuanya berada di dalam memori data (termasuk register serba guna letaknya juga di dalam memori data). Dalam penulisan program, sering-sering diperlukan tabel baku yang disimpan bersama dengan program tersebut. Tabel semacam ini sesungguhnya merupakan data yang berada di dalam memori program!
10. Untuk keperluan ini, MCS51 mempunyai cara penyebutan data dalam memori program yang dilakukan secara indirect (code indirect addressing mode) : MOVC A,@A+DPTR.
Perhatikan dalam instruksi ini MOV digantikan dengan MOVC, tambahan huruf C tersebut dimaksud untuk membedakan bahwa instruksi ini dipakai di memori program. (MOV tanpa huruf C artinya instruksi dipakai di memori data).
Tanda ‘@’ dipakai untuk menandai A+DPTR dipakai untuk menyatakan nomor memori yang isinya di-copy-kan ke Akumulator A, dalam hal ini nilai yang tersimpan dalam DPTR (Data Pointer Register - 2 byte) ditambah dengan nilai yang tersimpan dalam Akumulator A (1 byte) dipakai untuk menunjuk nomor memori program.
Secara keseluruhan AT8951 mempunyai sebanyak 255 macam instruksi, yang dibentuk dengan mengkombinasikan ‘kata kerja’ dan objek. “Kata kerja’ tersebut secara kelompok dibahas sebagai berikut :
1.3.1 Instruksi copy data
Kode dasar untuk kelompok ini adalah MOV, singkatan dari MOVE yang artinya memindahkan, meskipun demikian lebih tepat dikatakan perintah ini mempunyai makna peng-copy-an data. Hal ini bisa dijelaskan berikut : setelah instruksi MOV A,R7 dikerjakan, Akumulator A dan register serba guna R7 berisikan data yang sama, yang asalnya tersimpan di dalam R7.
Perintah MOV dibedakan sesuai dengan jenis memori AT89Cx051. Perintah ini pada memori data dituliskan menjadi MOV, misalkan :
MOV A,$20
MOV A,@R1
MOV A,P1
MOV P3,A
Untuk pemakaian pada memori program, perintah ini dituliskan menjadi MOVC, hanya ada 2 jenis instruksi yang memakai MOVC, yakni:
MOVC A,@A+DPTR ; DPTR sebagai register indirect
MOVC A,@A+PC ; PC sebagai register indirect
Selain itu, masih dikenal pula perintah MOVX, yakni perintah yang dipakai untuk memori data eksternal (X singkatakan dari External). Perintah ini hanya dimiliki oleh anggota keluarga MCS51 yang mempunyai memori data eksternal, misalnya AT89C51 dan lain sebagainya, dan jelas tidak dikenal oleh kelompok AT89Cx051 yang tidam punya memori data eksternal. Hanya ada 6 macam instruksi yang memakai MOVX, instruksi-instruksi tersebut adalah:
MOVX A,@DPTR
MOVX A,@R0
MOVX A,@R1
MOVX @DPTR,A
MOVX @R0,A
MOVX @R1,A
Mnemonic
Operation
Addressing Mode
Exect.
Dir
Ind
Reg
Imm
Timer uS
Mov A,<src>
A=<src>
V
V
V
V
1
Mov <dest>,A
<dest>=A
V
V
V
V
1
Mov <dest>, <src>
<dest>=<src>
V
V
V
V
1
Mov DPTR,#data16
DPTR=16 bit immediate const
Accumulator Only
1
Push <src>
Inc SP
V
V
V

1
Pop <src>
Dec SP
Data Pointer Only
2
Xch A,<byte>
Acc and <byte> exchange data
Accumulator Only
1
Xchd A,@Ri
Acc and @Ri exchange low nibbles
V
V
V

1

1.3.2 Instruksi Aritmatika
Perintah ADD dan ADDC
Isi Akumulator A ditambah dengan bilangan 1 byte, hasil penjumlahan akan ditampung kembali dalam Akumulator. Dalam operasi ini bit Carry (C flag dalam PSW – Program Status Word) berfungsi sebagai penampung limpahan hasil penjumlahan. Jika hasil penjumlahan tersebut melimpah (nilainya lebih besar dari 255) bit Carry akan bernilai ‘1’, kalau tidak bit Carry bernilai ‘0’. ADDC sama dengan ADD, hanya saja dalam ADDC nilai bit Carry dalam proses sebelumnya ikut dijumlahkan bersama.
Bilangan 1 byte yang ditambahkan ke Akumulator, bisa berasal dari bilangan konstan, dari register serba guna, dari memori data yang nomor memorinya disebut secara langsung maupun tidak langsung, seperti terlihat dalam contoh berikut :
ADD A,R0 ; register serba guna
ADD A,#$23 ; bilangan konstan
ADD A,@R0 ; no memori tak langsung
ADD A,P1 ; no memori langsung (port 1)
Perintah SUBB
Isi Akumulator A dikurangi dengan bilangan 1 byte berikut dengan nilai bit Carry, hasil pengurangan akan ditampung kembali dalam Akumulator. Dalam operasi ini bit Carry juga berfungsi sebagai penampung limpahan hasil pengurangan. Jika hasil pengurangan tersebut melimpah (nilainya kurang dari 0) bit Carry akan bernilai ‘1’, kalau tidak bit Carry bernilai ‘0’.

SUBB A,R0 ; A = A - R0 - C
SUBB A,#$23 ; A = A - $23
SUBB A,@R1
SUBB A,P0
Perintah DA
Perintah DA (Decimal Adjust) dipakai setelah perintah ADD; ADDC atau SUBB, dipakai untuk merubah nilai biner 8 bit yang tersimpan dalam Akumulator menjadi 2 buah bilangan desimal yang masing-masing terdiri dari nilai biner 4 bit.

Perintah MUL AB
Bilangan biner 8 bit dalam Akumulator A dikalikan dengan bilangan biner 8 bit dalam register B. Hasil perkalian berupa bilangan biner 16 bit, 8 bit bilangan biner yang bobotnya lebih besar ditampung di register B, sedangkan 8 bit lainnya yang bobotnya lebih kecil ditampung di Akumulator A.
Bit OV dalam PSW (Program Status Word) dipakai untuk menandai nilai hasil perkalian yang ada dalam register B. Bit OV akan bernilai ‘0’ jika register B bernilai $00, kalau tidak bit OV bernilai ‘1’.
MOV A,#10
MOV B,#20
MUL AB
Perintah DIV AB
Bilangan biner 8 bit dalam Akumulator A dibagi dengan bilangan biner 8 bit dalam register B. Hasil pembagian berupa bilangan biner 8 bit ditampung di Akumulator, sedangkan sisa pembagian berupa bilangan biner 8 bit ditampung di register B.
Bit OV dalam PSW (Program Status Word) dipakai untuk menandai nilai sebelum pembagian yang ada dalam register B. Bit OV akan bernilai ‘1’ jika register B asalnya bernilai $00.
Table 1.3. Instruksi Aritmatika
Mnemonic
Operation
Addressing Mode
Exect.
Dir
Ind
Reg
Imm
Timer uS
Add A,<byte>
A=A+<byte>
V
V
V
V
1
Addc A,<byte>
A=A+<byte>+C
V
V
V
V
1
Subb A,<byte>
A=A-<byte>-C
V
V
V
V
1
Inc A
A=A+1
Accumulator Only
1
Inc <byte>
<byt>=<byt>+1
V
V
V

1
Inc DPTR
DPTR=DPTR+1
Data Pointer Only
2
Dec A
A=A-1
Accumulator Only
1
Dec <byte>
<byt>=<byt>-1
V
V
V

1
Mul AB
B:A=BxA
Accumulator and B Only
4
Div AB
A=Int[A/B]
B=Mod[A/B]
Accumulator and B only
4
DA A
Dec Adjust
Accumulator Only
1

1.3.3 Instruksi Logika
Kelompok perintah ini dipakai untuk melakukan operasi logika mikrokontroler MCS51, operasi logika yang bisa dilakukan adalah operasi AND (kode operasi ANL), operasi OR (kode operasi ORL) dan operasi Exclusive-OR (kode operasi XRL).
Data yang dipakai dalam operasi ini bisa berupa data yang berada dalam Akumulator atau data yang berada dalam memori-data, hal ini sedikit berlainan dengan operasi aritmatik yang harus melihatkan Akumulator secara aktip.
Hasil operasi ditampung di sumber data yang pertama.
1. Operasi logika AND banyak dipakai untuk me-‘0’-kan beberapa bit tertentu dari sebuah bilangan biner 8 bit, caranya dengan membentuk sebuah bilangan biner 8 bit sebagai data konstan yang di-ANL-kan bilangan asal. Bit yang ingin di-‘0’-kan diwakili dengan ‘0’ pada data konstan, sedangkan bit lainnya diberi nilai ‘1’, misalnya. Instruksi ANL P1,#%01111110 akan mengakibatkan bit 0 dan bit 7 dari Port 1 (P1) bernilai ‘0’ sedangkan bit-bit lainnya tetap tidak berubah nilai.
2. Operasi logika OR banyak dipakai untuk me-‘1’-kan beberapa bit tertentu dari sebuah bilangan biner 8 bit, caranya dengan membentuk sebuah bilangan biner 8 bit sebagai data konstan yang di-ORL-kan bilangan asal. Bit yang ingin di-‘1’-kan diwakili dengan ‘1’ pada data konstan, sedangkan bit lainnya diberi nilai ‘0’, misalnya :Instruksi ORL A,#%01111110 akan mengakibatkan bit 1 sampai dengan bit 6 dari Akumulator bernilai ‘1’ sedangkan bit-bit lainnya tetap tidak berubah nilai.
3. Operasi logika Exclusive-OR banyak dipakai untuk membalik nilai (complement) beberapa bit tertentu dari sebuah bilangan biner 8 bit, caranya dengan membentuk sebuah bilangan biner 8 bit sebagai data konstan yang di-XRL-kan bilangan asal. Bit yang ingin dibalik-nilai diwakili dengan ‘1’ pada data konstan, sedangkan bit lainnya diberi nilai ‘0’, misalnya: Instruksi XRL A,#%01111110 akan mengakibatkan bit 1 sampai dengan bit 6 dari Akumulator berbalik nilai, sedangkan bit-bit lainnya tetap tidak berubah nilai.
Mnemonic
Operation
Addressing Mode
Exect.
Dir
Ind
Reg
Imm
Timer uS
Anl A,<byte>
A=A and <byte>
V
V
V
V
1
Anl <byte>,A
<byte>=<byte>anl A
V
V
V
V
1
Anl <byte>,#data
<byte>=<byte>and #data
V
V
V
V
1
Orl A,<byte>
A=A or <byte>
Accumulator Only
1
Orl <byte>,A
<byt>=<byt>orl A
V
V
V

1
Orl <byte>,#data
<byte>=<byte> or #data
Data Pointer Only
2
Xrl A,<byte>
A=A xor<byte>
Accumulator Only
1
Xrl<byte>,A
<byt>=<byt>xor A
V
V
V

1
Xrl <byte>,#data
<byte>=<byte>xor #data
Accumulator and B Only
4
CLR A
A=00h
Accumulator only
1
CPL A
A= not A
Accumulator only
1
RL A
Rotate A left 1 bit
Accumulator only
1
RLC A
Rotate A left trough Carry
Accumulator only
1
RR A
Rotate A right 1 bit
Accumulator only
1
RRC
Rotate A right trough carry
Accumulator only
1
SWAP A
Swap nibbles in A
Accumulator only
1
Operasi logika pada umumnya mencakup empat hal, yaitu operasi AND, operasi OR, operasi EX-OR dan operasi NOT. MCS51 hanya bisa melaksanakan tiga jenis operasi logika yang ada, yakni intruksi ANL (AND Logical) untuk operasi AND instruksi ORL (OR Logical) untuk operasi OR, CPL (Complement bit) untuk operasi NOT.
Bit Carry pada PSW diperlakukan sebagai ‘akumulator bit’, dengan demikian operasi AND dan operasi OR dilakukan antara bit yang tersimpan pada bit Carry dengan salah satu dari 256 bit data yang dibahas di atas. Contoh dari instruksi-instruksi ini adalah :
ANL C,P1.1
ANL C,/P1.2

Instruksi ANL C,P1.1 meng-AND-kan nilai pada bit Carry dengan nilai Port 1 bit 1 (P1.1), dan hasil operasi tersebut ditampung pada bit Carry. Instruksi ANL C,/P1.1 persis sama dengan instruksi sebelumnya, hanya saja sebelum di-AND-kan, nilai P1.1 dibalik (complemented) lebih dulu, jika nilai P1.1=‘0’ maka yang di-AND-kan dengan bit Carry adalah ‘1’, demikian pula sebaliknya. Hal serupa berlaku pada instruksi ORL.
Instruksi CPL dipakai untuk membalik (complement) nilai semua 256 bit data yang dibahas di atas. Misalnya :
CPL C
CPL P1.0
CPL C akan membalik nilai biner dalam bit Carry (jangan lupa bit Carry merupakan salah satu bit yang ada dalam 256 bit yang dibahas di atas, yakni bit nomor $E7 atau PSW.7).

1.3.4 Instruksi Lompatan
Pada dasarnya program dijalankan intruksi demi instruksi, artinya selesai menjalankan satu instruksi mikrokontroler langsung menjalankan instruksi berikutnya, untuk keperluan ini mikrokontroler dilengkapi dengan Program Counter yang mengatur pengambilan intruksi secara berurutan. Meskipun demikian, program yang kerjanya hanya berurutan saja tidaklah banyak artinya, untuk keperluan ini mikrokontroler dilengkapi dengan instruksi-instruksi untuk mengatur alur program.
Secara umum kelompok instruksi yang dipakai untuk mengatur alur program terdiri atas instruksi-instruksi JUMP (setara dengan statemen GOTO dalam Pascal), instruksi-instruksi untuk membuat dan memakai sub-rutin/modul (setara dengan PROCEDURE dalam Pascal), instruksi-instruksi JUMP bersyarat (conditional Jump, setara dengan statemen IF .. THEN dalam Pascal). Di samping itu ada pula instruksi PUSH dan POP yang bisa memengaruhi alur program.
Karena Program Counter adalah satu-satunya register dalam mikrokontroler yang mengatur alur program, maka kelompok instruksi pengatur program yang dibicarakan di atas, semuanya merubah nilai Program Counter, sehingga pada saat kelompok instruksi ini dijalankan, nilai Program Counter akan tidak akan runtun dari nilai instruksi sebelumnya.
Selain karena instruksi-instruksi di atas, nilai Program Counter bisa pula berubah karena pengaruh perangkat keras, yaitu saat mikrokontroler di-reset atau menerima sinyal interupsi dari perangkat input/output. Hal ini akan dibicarakan secara detail dibagian lagi.
Mikrokontroler menjalankan intruksi demi instruksi, selesai menjalankan satu instruksi mikrokontroler langsung menjalankan instruksi berikutnya, hal ini dilakukan dengan cara nilai Program Counter bertambah sebanyak jumlah byte yang membentuk instruksi yang sedang dijalankan, dengan demikian pada saat instruksi bersangkutan dijalankan Program Counter selalu menyimpan nomor memori-program yang menyimpan instruksi berikutnya.
Pada saat mikrokontroler menjalankan kelompok instruksi JUMP, nilai Program Counter yang runtun sesuai dengan alur program diganti dengan nomor memori-program baru yang dikehendaki programer.
Mikrokontroler MCS51 mempunyai 3 macam intruksi JUMP, yakni instruksi LJMP (Long Jump), instruksi AJMP (Absolute Jump) dan instruksi SJMP (Short Jump). Kerja dari ketiga instruksi ini persis sama, yakni memberi nilai baru pada Program Counter, kecepatan melaksanakan ketiga instruksi ini juga persis sama, yakni memerlukan waktu 2 periode instruksi (jika MCS51 bekerja pada frekuensi 12 MHz, maka instruksi ini dijalankan dalam waktu 2 mikro-detik), yang berbeda dalam jumlah byte pembentuk instruksinya, instruksi LJMP dibentuk dengan 3 byte, sedangkan instuksi AJMP dan SJMP cukup 2 byte.
Instruksi LJMP
Kode untuk instruksi LJMP adalah $02, nomor memori-program baru yang dituju dinyatakan dengan bilangan biner 16 bit, dengan demikian instruksi ini bisa menjangkau semua memori-program MCS51 yang jumlahnya 64 KiloByte. Instruksi LJMP terdiri atas 3 byte, yang bisa dinyatakan dengan bentuk umum 02 aa aa, aa yang pertama adalah nomor memori-program bit 8 sampai dengan bit 15, sedangkan aa yang kedua adalah nomor memori-program bit 0 sampai dengan bit 7.
Pemakaian instruksi LJMP bisa dipelajari dari potongan program berikut :
LJMP TugasBaru

ORG $2000
TugasBaru:
MOV A,P3.1
Dalam potongan program di atas, ORG adalah perintah pada assembler agar berikutnya assembler bekerja pada memori-program nomor yang disebut di belakang ORG (dalam hal ini minta assembler berikutnya bekerja pada memori-program nomor $2000). TugasBaru disebut sebagai LABEL, yakni sarana assembler untuk menandai/ menamai nomor memori-program. Dengan demikian, dalam potongan program di atas, memori-program nomor $2000 diberi nama TugasBaru, atau bisa juga dikatakan bahwa TugasBaru bernilai $2000. (Catatan : LABEL ditulis minimal satu huruf lebih kiri dari instruksi, artinya LABEL ditulis setelah menekan tombol Enter, tapi instruksi ditulis setelah menekan tombol Enter, kemudian diikuti dengan 1 tombol spasi atau tombol TAB).
Dengan demikian intruksi LJMP TugasBaru di atas, sama artinya dengan LJMP $2000 yang oleh assembler akan diterjemahkan menjadi 02 20 00 (heksadesimal).
Instruksi AJMP
Nomor memori-program baru yang dituju dinyatakan dengan bilangan biner 11 bit, dengan demikian instruksi ini hanya bisa menjangkau satu daerah memori-program MCS51 sejauh 2 KiloByte. Instruksi AJMP terdiri atas 2 byte, byte pertama merupakan kode untuk instruksi AJMP (00001b) yang digabung dengan nomor memori-program bit nomor 8 sampai dengan bit nomor 10, byte kedua dipakai untuk menyatakan nomor memori-program bit nomor 0 sampai dengan bit nomor 7.
Berikut ini adalah potongan program untuk menjelaskan pemakaian instruksi AJMP:
ORG $800
AJMP DaerahIni
AJMP DaerahLain
ORG $900
DaerahIni:
. . .
ORG $1000
DaerahLain:
. . .
Potongan program di atas dimulai di memori-program nomor $800, dengan demikian instruksi AJMP DaerahIni bisa dipakai, karena nomor-memori $800 (tempat instruksi AJMP DaerahIni) dan LABEL DaerahIni yang terletak di dalam satu daerah memori-progam 2 KiloByte yang sama dengan. (Dikatakan terletak di dalam satu daerah memori-program 2 KiloByte yang sama, karena bit nomor 11 sampai dengan bit nomor 15 dari nomor memorinya sama).
Tapi AJMP DaerahLain akan di-salah-kan oleh Assembler, karena DaerahLain yang terletak di memori-program nomor $1000 terletak di daerah memori-program 2 KiloByte yang lain.
Karena instruksi AJMP hanya terdiri dari 2 byte, sedangkan instruksi LJMP 3 byte, maka memakai instruksi AJMP lebih hemat memori-program dibanding dengan LJMP. Hanya saja karena jangkauan instrusksi AJMP hanya 2 KiloByte, pemakaiannya harus hati-hati.
Memori-program IC mikrokontroler AT89C1051 dan AT89C2051 masing-masing hanya 1 KiloByte dan 2 KiloByte, dengan demikian program untuk kedua mikrokontroler di atas tidak perlu memakai instruksi LJMP, karena program yang ditulis tidak mungkin menjangkau lebih dari 2 KiloByte memori-program.
Instruksi SJMP
Nomor memori-program dalam instruksi ini tidak dinyatakan dengan nomor memori-program yang sesungguhnya, tapi dinyatakan dengan ‘pergeseran relatip’ terhadap nilai Program Counter saat instruksi ini dilaksanakan.
Pergeseran relatip tersebut dinyatakan dengan 1 byte bilangan 2’s complement, yang bisa dipakai untuk menyakatakan nilai antara –128 sampai dengan +127. Nilai minus dipakai untuk menyatakan bergeser ke instruksi-instruksi sebelumnya, sedangkan nilai positip untuk menyatakan bergeser ke instruksi-instruksi sesudahnya.
Meskipun jangkauan instruksi SJMP hanya –128 sampai +127, tapi instruksi ini tidak dibatasi dengan pengertian daerah memori-program 2 KiloByte yang membatasi instruksi AJMP.

ORG $0F80
SJMP DaerahLain
. . .
ORG $1000
DaerahLain:
Dalam potongan program di atas, memori-program $0F80 tidak terletak dalam daerah memori-program 2 KiloByte yang sama dengan $1000, tapi instruksi SJMP DaerahLain tetap bisa dipakai, asalkan jarak antara instruksi itu dengan LABEL DaerahLain tidak lebih dari 127 byte.
Instruksi sub-rutin
Instruksi-instruksi untuk membuat dan memakai sub-rutin/modul program, selain melibatkan Program Counter, melibatkan pula Stack yang diatur oleh Register Stack Pointer.
Sub-rutin merupakan suatu potong program yang karena berbagai pertimbangan dipisahkan dari program utama. Bagian-bagian di program utama akan ‘memanggil’ (CALL) sub-rutin, artinya mikrokontroler sementara meninggalkan alur program utama untuk mengerjakan instruksi-instruksi dalam sub-rutin, selesai mengerjakan sub-rutin mikrokontroler kembali ke alur program utama.
Satu-satunya cara membentuk sub-rutin adalah memberi instruksi RET pada akhir potongan program sub-rutin. Program sub-rutin di-’panggil’ dengan instruksi ACALL atau LCALL.
Agar nantinya mikrokontroler bisa meneruskan alur program utama, pada saat menerima instruksi ACALL atau LCALL, sebelum mikrokontroler pergi mengerjakan sub-rutin, nilai Program Counter saat itu disimpan dulu ke dalam Stack (Stack adalah sebagian kecil dari memori-data yang dipakai untuk menyimpan nilai Program Counter secara otomatis, kerja dari Stack dikendalikan oleh Register Stack Poiner).
Selanjutnya mikrokontroler mengerjakan instruksi-instruksi di dalam sub-rutin sampai menjumpai instruksi RET yang berfungsi sebagai penutup dari sub-rutin. Saat menerima instruksi RET, nilai asal Program Counter sebelum mengerjakan sub-rutin yang disimpan di dalam Stack, dikembalikan ke Program Counter sehingga mikrokontroler bisa meneruskan pekerjaan di alur program utama.
Instruksi ACALL dipakai untuk me-‘manggil’ program sub-rutin dalam daerah memori-program 2 KiloByte yang sama, setara dengan instruksi AJMP yang sudah dibahas di atas. Sedangkan instruksi LCALL setara dengan instruksi LCALL, yang bisa menjangkau seluruh memori-program mikrokontroler MCS51 sebanyak 64 KiloByte. (Tapi tidak ada instrusk SCALL yang setara dengan instruksi SJMP).
Program untuk AT89C1051 dan AT89C2051 tidak perlu memakai instruksi LCALL.
Instruksi RET dipakai untuk mengakhiri program sub-rutin, di samping itu masih ada pula instruksi RETI, yakni instruksi yang dipakai untuk mengakhiri Program Layanan Interupsi (Interrupt Service Routine), yaitu semacam program sub-rutin yang dijalankan mikrokontroler pada saat mikrokontroler menerima sinyal permintaan interupsi.
Catatan : Saat mikrokontroler menerima sinyal permintaaan interupsi, mikrokontroler akan melakukan satu hal yang setara dengan intruksi LCALL untuk menjalankan Program Layanan Interupsi dari sinyal interupsi bersangkutan. Di samping itu, mikrokontroler juga me-‘mati’-kan sementara mekanisme layanan interupsi, sehingga permintaan interupsi berikutnya tidak dilayani. Saat menerima instruksi RETI, makanisme layanan interusi kembali diaktipkan dan mikrokontroler melaksanakan hal yang setara dengan instruksi RET.
Instruksi Lompatan Bersyarat
Instruksi Jump bersyarat merupakan instruksi inti bagi mikrokontroler, tanpa kelompok instruksi ini program yang ditulis tidak banyak berarti. Instruksi-instruksi ini selain melibatkan Program Counter, melibatkan pula kondisi-kondisi tertentu yang biasanya dicatat dalam bit-bit tertentu yang dihimpun dalam Register tertentu.
Khusus untuk keluarga mikrokontroler MCS51 yang mempunyai kemampuan menangani operasi dalam level bit, instruksi jump bersyarat dalam MCS51 dikaitkan pula dengan kemampuan operasi bit MCS51.
Nomor memori-program baru yang harus dituju tidak dinyatakan dengan nomor memori-program yang sesungguhnya, tapi dinyatakan dengan ‘pergeseran relatip’ terhadap nilai Program Counter saat instruksi ini dilaksanakan. Cara ini dipakai pula untuk instruksi SJMP.
Instruksi JZ / JNZ
Instruksi JZ (Jump if Zero) dan instruksi JNZ (Jump if not Zero) adalah instruksi JUMP bersyarat yang memantau nilai Akumulator A.
MOV A,#0
JNZ BukanNol
JZ Nol
. . .
BukanNol:
. . .
Nol :
. . .
Dalam contoh program di atas, MOV A,#0 membuat A bernilai nol, hal ini mengakibatkan instruksi JNZ BukanNol tidak akan pernah dikerjakan (JNZ artinya Jump kalau nilai A<>0, syarat ini tidak pernah dipenuhi karena saat instruksi ini dijalankan nilai A=0), sedangankan instruksi JZ Nol selalu dikerjakan karena syaratnya selalu dipenuhi.
Instruksi JC / JNC
Instruksi JC (Jump on Carry) dan instruksi JNC (Jump on no Carry) adalah instruksi jump bersyarat yang memantau nilai bit Carry di dalam Program Status Word (PSW).
Bit Carry merupakan bit yang banyak sekali dipakai untuk keperluan operasi bit, untuk menghemat pemakaian memori-program disediakan 2 instruksi yang khusus untuk memeriksa keadaan bit Carry, yakni JC dan JNC. Karena bit akan diperiksa sudah pasti, yakni bit Carry, maka instruksi ini cukup dibentuk dengan 2 byte saja, dengan demikian bisa lebih menghemat memori program.
JC Periksa
JB PSW.7,Periksa
Hasil kerja kedua instruksi di atas sama, yakni MCS51 akan JUMP ke Periksa jika ternyata bit Carry bernilai ‘1’ (ingat bit Carry sama dengan PSW bit 7). Meskipun sama tapi instruksi JC Periksa lebih pendek dari instruksi JB PSW.7,Periksa, instruksi pertama dibentuk dengan 2 byte dan instruksi yang kedua 3 byte.
Instruksi JBC sama dengan instruksi JB, hanya saja jika ternyata bit yang diperiksa memang benar bernilai ‘1’, selain MCS51 akan JUMP ke instruksi lain yang dikehendaki MCS51 akan me-nol-kan bit yang baru saja diperiksa
Instruksi JB / JNB / JBC
Instruksi JB (Jump on Bit Set), instruksi JNB (Jump on not Bit Set) dan instruksi JBC (Jump on Bit Set Then Clear Bit) merupakan instruksi Jump bersyarat yang memantau nilai-nilai bit tertentu. Bit-bit tertentu bisa merupakan bit-bit dalam register status maupun kaki input mikrokontroler MCS51.
Pengujian Nilai Boolean dilakukan dengan instruksi JUMP bersyarat, ada 5 instruksi yang dipakai untuk keperluan ini, yakni instruksi JB (JUMP if bit set), JNB (JUMP if bit Not Set), JC (JUMP if Carry Bit set), JNC (JUMP if Carry Bit Not Set) dan JBC (JUMP if Bit Set and Clear Bit).
Dalam instruksi JB dan JNB, salah satu dari 256 bit yang ada akan diperiksa, jika keadaannya (false atau true) memenuhi syarat, maka MCS51 akan menjalankan instruksi yang tersimpan di memori-program yang dimaksud. Alamat memori-program dinyatakan dengan bilangan relatip terhadap nilai Program Counter saat itu, dan cukup dinyatakan dengan angka 1 byte. Dengan demikian instruksi ini terdisi dari 3 byte, byte pertama adalah kode operasinya ($29 untuk JB dan $30 untuk JNB), byte kedua untuk menyatakan nomor bit yang harus diuji, dan byte ketiga adalah bilangan relatip untuk instruksi tujuan.
Contoh pemakaian instruksi JB dan JNB sebagai berikut :
JB P1.1,$
JNB P1.1,$
Instruksi-instruksi di atas memantau kedaan kaki IC MCS51 Port 1 bit 1. Instruksi pertama memantau P1.1, jika P1.1 bernilai ‘1’ maka MCS51 akan mengulang instruksi ini, (tanda $ mempunyai arti jika syarat terpenuhi kerjakan lagi instruksi bersangkutan). Instruksi berikutnya melakukan hal sebaliknya, yakni selama P1.1 bernilai ‘0’ maka MCS51 akan tertahan pada instruksi ini.
Instruksi proses dan test
Instruksi-instruksi Jump bersyarat yang dibahas di atas, memantau kondisi yang sudah terjadi yang dicatat MCS51. Ada dua instruksi yang melakukan dulu suatu proses baru kemudian memantau hasil proses untuk menentukan apakah harus Jump. Kedua instruksi yang dimaksud adalah instruksi DJNZ dan instruksi CJNE.
Instruksi DJNZ
Instruksi DJNZ (Decrement and Jump if not Zero), merupakan instruksi yang akan mengurangi 1 nilai register serbaguna (R0..R7) atau memori-data, dan Jump jika ternyata setelah pengurangan 1 tersebut hasilnya tidak nol.
Contoh berikut merupakan potongan program untuk membentuk waktu tunda secara sederhana :
MOV R0,#$23
DJNZ R0,$
Instruksi MOV R0,#$23 memberi nilai $23 pada R0, selanjutnya setiap kali instruksi DJNZ R0,$ dikerjakan, MCS51 akan mengurangi nilai R0 dengan ‘1’, jika R0 belum menjadi nol maka MCS51 akan mengulang instruksi tersebut (tanda $ dalam instruksi ini maksudnya adalah kerjakan kembali instruksi ini). Selama mengerjakan 2 instruksi di atas, semua pekerjaan lain akan tertunda, waktu tundanya ditentukan oleh besarnya nilai yang diisikan ke R0.
Instruksi CJNE
Instruksi CJNE (Compare and Jump if Not Equal) membandingkan dua nilai yang disebut dan MCS akan Jump kalau kedua nilai tersebut tidak sama!
MOV A,P1
CJNE A,#$0A,TidakSama
...
SJMP EXIT
;
TidakSama:
...

Instruksi MOV A,P1 membaca nilai input dari Port 1, instruksi CJNE A,#$0A,Tidaksama memeriksa apakah nilai Port 1 yang sudah disimpan di A sama dengan $0A, jika tidak maka Jump ke TidakSama

1.4. Interupsi
8051 mempunyai 5 buah sumber interupsi. Dua buah interupsi eksternal, dua buah interupsi timer dan sebuah interupsi port serial.
Meskipun memerlukan pengertian yang lebih mendalam, pengetahuan mengenai interupsi sangat membantu mengatasi masalah pemrograman mikroprosesor/mikrokontroler dalam hal menangani banyak peralatan input/output. Pengetahuan mengenai interupsi tidak cukup hanya dibahas secara teori saja, diperlukan contoh program yang konkrit untuk memahami.
Saat kaki RESET pada IC mikroprosesor/mikrokontroler menerima sinyal reset (pada MCS51 sinyal tersebut berupa sinyal ‘1’ sesaat, pada prosesor lain umumnya merupakan sinyal ‘0’ sesaat), Program Counter diisi dengan sebuah nilai. Nilai tersebut dinamakan sebagai vektor reset (reset vector), merupakan nomor awal memori-program yang menampung program yang harus dijalankan.
Pembahasan di atas memberi gambaran bahwa proses reset merupakan peristiwa perangkat keras (sinyal reset diumpankan ke kaki Reset) yang dipakai untuk mengatur kerja dari perangkat lunak, yakni menentukan aliran program prosesor (mengisi Program Counter dengan vektor reset).
Program yang dijalankan dengan cara reset, merupakan program utama bagi prosesor.
Peristiwa perangkat keras yang dipakai untuk mengatur kerja dari perangkat lunak, tidak hanya terjadi pada proses reset, tapi terjadi pula dalam proses interupsi.
Dalam proses interupsi, terjadinya sesuatu pada perangkat keras tertentu dicatat dalam flip-flop khusus, flip-flop tersebut sering disebut sebagai ‘petanda’ (flag), catatan dalam petanda tersebut diatur sedemikian rupa sehingga bisa merupakan sinyal permintaan interupsi pada prosesor. Jika permintaan interupsi ini dilayani prosesor, Program Counter akan diisi dengan sebuah nilai. Nilai tersebut dinamakan sebagai vektor interupsi (interrupt vector), yang merupakan nomor awal memori-program yang menampung program yang dipakai untuk melayani permintaan interupsi tersebut.
Program yang dijalankan dengan cara interupsi, dinamakan sebagai program layanan interupsi (ISR - Interrupt Service Routine). Saat prosesor menjalankan ISR, pekerjaan yang sedang dikerjakan pada program utama sementara ditinggalkan, selesai menjalankan ISR prosesor kembali menjalankan program utama, seperti yang digambarkan dalam Gambar 1.
Gambar 1.8 Bagan kerja prosesor melayani interupsi
Sebuah prosesor bisa mempunyai beberapa perangkat keras yang merupakan sumber sinyal permintaan interupsi, masing-masing sumber interupsi dilayani dengan ISR berlainan, dengan demikian prosesor mempunyai beberapa vektor interupsi untuk memilih ISR mana yang dipakai melayani permintaan interupsi dari berbagai sumber. Kadang kala sebuah vektor interupsi dipakai oleh lebih dari satu sumber interupsi yang sejenis, dalam hal semacam ini ISR bersangkutan harus menentukan sendiri sumber interupsi mana yang harus dilayani saat itu.
Jika pada saat yang sama terjadi lebih dari satu permintaan interupsi, prosesor akan melayani permintaan interupsi tersebut menurut perioritas yang sudah ditentukan, selesai melayani permintaan interupsi perioritas yang lebih tinggi, prosesor melayani permintaan interupsi berikutnya, baru setelah itu kembali mengerjakan program utama.
Saat prosesor sedang mengerjakan ISR, bisa jadi terjadi permintaan interupsi lain, jika permintaan interupsi yang datang belakangan ini mempunyai perioritas lebih tinggi, ISR yang sedang dikerjakan ditinggal dulu, prosesor melayani permintaan yang perioritas lebih tinggi, selesai melayani interupsi perioritas tinggi prosesor meneruskan ISR semula, baru setelah itu kembali mengerjakan program utama. Hal ini dikatakan sebagai interupsi bertingkat (nested interrupt), tapi tidak semua prosesor mempunyai kemampuan melayani interupsi secara ini.
1.4.1. Sumber interupsi MCS51
Seperti terlihat dalam Gambar 2, AT89C51 mempunyai 6 sumber interupsi, yakni Interupsi External (External Interrupt) yang berasal dari kaki INT0 dan INT1, Interupsi Timer (Timer Interrupt) yang berasal dari Timer 0 maupun Timer 1, Interupsi Port Seri (Serial Port Interrupt) yang berasal dari bagian penerima dan bagian pengirim Port Seri.
Di samping itu AT89C52 mempunyai 2 sumber interupsi lain, yakni Interupsi Timer 2 bersumber dari Timer 2 yang memang tidak ada pada AT89C51.
Bit IE0 (atau bit IE1) dalam TCON merupakan petanda (flag) yang menandakan adanya permintaan Interupsi Eksternal. Ada 2 keadaan yang bisa meng-aktip-kan petanda ini, yang pertama karena level tegangan ‘0’ pada kaki INT0 (atau INT1), yang kedua karena terjadi transisi sinyal ‘1’ menjadi ‘0’ pada kaki INT0 (atau INT1). Pilihan bentuk sinyal ini ditentukan lewat bit IT0 (atau bit IT1) yang terdapat dalam register TCON.
1. Kalau bit IT0 (atau IT1) =’0’ maka bit IE0 (atau IE1) dalam TCON menjadi ‘1’ saat kaki INT0=’0’.
2. Kalau bit IT0 (atau IT1) =’1’ maka bit IE0 (atau IE1) dalam TCON menjadi ‘1’ saat terjadi transisi sinyal ‘1’ menjadi ‘0’ pada kaki INT0.
Menjelang prosesor menjalankan ISR dari Interupsi Eksternal, bit IE0 (atau bit IE1) dikembalikan menjadi ‘0’, menandakan permintaan Interupsi Eksternal sudah dilayani. Namun jika permintaan Interupsi Ekternal terjadi karena level tegangan ‘0’ pada kaki IT0 (atau IT1), dan level tegangan pada kaki tersebut saat itu masih =’0’ maka bit IE0 (atau bit IE1) akan segera menjadi ‘1’ lagi!
Bit TF0 (atau bit TF1) dalam TCON merupakan petanda (flag) yang menandakan adanya permintaan Interupsi Timer, bit TF0 (atau bit TF1) menjadi ‘1’ pada saat terjadi limpahan pada pencacah biner Timer 0 (atau Timer 1).
Menjelang prosesor menjalankan ISR dari Interupsi Timer, bit TF0 (atau bit TF1) dikembalikan menjadi ‘0’, menandakan permintaan Interupsi Timer sudah dilayani.
Interupsi port seri terjadi karena dua hal, yang pertama terjadi setelah port seri selesai mengirim data 1 byte, permintaan interupsi semacam ini ditandai dengan petanda (flag) TI=’1’. Yang kedua terjadi saat port seri telah menerima data 1 byte secara lengkap, permintaan interupsi semacam ini ditandai dengan petanda (flag) RI=’1’.
Petanda di atas tidak dikembalikan menjadi ‘0’ menjelang prosesor menjalankan ISR dari Interupsi port seri, karena petanda tersebut masih diperlukan ISR untuk menentukan sumber interupsi berasal dari TI atau RI. Agar port seri bisa dipakai kembali setelah mengirim atau menerima data, petanda-petanda tadi harus di-nol-kan lewat program.
Petanda permintaan interupsi (IE0, TF0, IE1, TF1, RI dan TI) semuanya bisa di-nol-kan atau di-satu-kan lewat instruksi, pengaruhnya sama persis kalau perubahan itu dilakukan oleh perangkat keras. Artinya permintaan interupsi bisa diajukan lewat pemrograman, misalnya permintaan interupsi eksternal IT0 bisa diajukan dengan instruksi SETB IE0.
1.4.2 Mengaktifkan Interupsi
Semua sumber permintaan interupsi yang di bahas di atas, masing-masing bisa di-aktip-kan atau di-nonaktip-kan secara tersendiri lewat bit-bit yang ada dalam register IE (Interrupt Enable Register).
Bit EX0 dan EX1 untuk mengatur interupsi eksternal INT0 dan INT1, bit ET0 dan ET1 untuk mengatur interupsi timer 0 dan timer 1, bit ES untuk mengatur interupsi port seri, seperti yang digambarkan dalam Gambar 2. Di samping itu ada pula bit EA yang bisa dipakai untuk mengatur semua sumber interupsi sekali gus.
Setelah reset, semua bit dalam register IE bernilai ‘0’, artinya sistem interupsi dalam keadaan non-aktip. Untuk mengaktipkan salah satu sistem interupsi, bit pengatur interupsi bersangkutan diaktipkan dan juga EA yang mengatur semua sumber interupsi. Misalnya instruksi yang dipakai untuk mengaktipkan interupsi ekternal INT0 adalah SETB EX0 disusul dengan SETB EA.
MSB

LSB
EA
X
X
ES
ET1
EX1
ET0
EX0









BIT
SYMBOL
FUNCTION
IE.7
EA
Disables all interrupts. If EA=0, no interrupt will be acknowledged. If EA=1, each interrupt source is individually enabled or disabled by setting or clearing its enable bit.
IE.6
-
-
IE.5
-
-
IE.4
ES
Enables or disables the Serial Port interrupt. If ES=0, the Serial Port interrupt is disabled.
IE.3
ET1
Enables or disables the Timer 1 Overflow interrupt. If ET1=0, the Timer 1 interrupt is disabled.
IE.2
EX1
Enables or disables External Interrupt 1. If EX1=0, External interrupt 1 is disabled.
IE.1
ET0
Enables or disables the Timer 0 Overflow interrupt. If ET0=0, the Timer 0 interrupt is disabled.
IE.0
EX0
Enables or disables External interrupt 0. If EX0=0, External interrupt 0 is disabled.
1.4.3 Vektor Interupsi
Saat MCS51 menanggapi permintaan interupsi, Program Counter diisi dengan sebuah nilai yang dinamakan sebagai vektor interupsi, yang merupakan nomor awal dari memori-program yang menampung ISR untuk melayani permintaan interupsi tersebut. Vektor interupsi itu dipakai untuk melaksanakan inststuksi LCALL yang diaktipkan secara perangkat keras.
Vektor interupsi untuk interupsi eksternal INT0 adalah $0003, untuk interupsi timer 0 adalah $000B, untuk interupsi ekternal INT1 adalah $0013, untuk interupsi timer 1 adalah $001B dan untuk interupsi port seri adalah $0023.
Jarak vektor interupsi satu dengan lainnya sebesar 8, atau hanya tersedia 8 byte untuk setiap ISR. Jika sebuah ISR memang hanya pendek saja, tidak lebih dari 8 byte, maka ISR tersebut bisa langsung ditulis pada memori-program yang disediakan untuknya. ISR yang lebih panjang dari 8 byte ditulis ditempat lain, tapi pada memori-program yang ditunjuk oleh vektor interupsi diisikan instruksi JUMP ke arah ISR bersangkutan
Source
Vector Address
IE0
0003H
TF0
000BH
IE1
0013H
TF1
001BH
RI + TI
0023H
1.4.4 Tingkatan Perioritas
Masing-masing sumber interupsi bisa ditempatkan pada dua tingkatan perioritas yang berbeda. Pengaturan tingkatan perioritas isi dilakukan dengan bit-bit yang ada dalam register IP (Interrupt Priority).
Bit PX0 dan PX1 untuk mengatur tingkatan perioritas interupsi eksternal INT0 dan INT1, bit PT0 dan PT1 untuk mengatur interupsi timer 0 dan timer 1, bit PS untuk mengatur interupsi port seri, seperti yang digambarkan dalam Gambar 2.
Setelah reset, semua bit dalam register IP bernilai ‘0’, artinya semua sumber interupsi ditempatkan pada tingkatan tanpa perioritas. Masing-masing sumber interupsi bisa ditempatkan pada tingkatan perioritas utama dengan cara men-‘satu’-kan bit pengaturnya. Misalnya interupsi timer 0 bisa ditempatkan pada tingkatan perioritas utama dengan instruksi SETB PT1.
Sebuah ISR untuk interupsi tanpa perioritas bisa diinterupsi oleh sumber interupsi yang berada dalam tingkatan perioritas utama. Tapi interupsi yang berada pada tingkatan perioritas yang sama, tidak dapat saling meng-interupsi.
Jika 2 permintaan interupsi terjadi pada saat yang bersamaan, sedangkan kedua interupsi tersebut terletak pada tingkatan perioritas yang berlainan, maka interupsi yang berada pada tingkatan perioritas utama akan dilayani terlebih dulu, setelah itu baru melayani interupsi pada tingkatan tanpa perioritas.
Jika kedua permintaan tersebut bertempat pada tingkatan perioritas yang sama, perioritas akan ditentukan dengan urutan sebagai berikut : interupsi eksternal INT0, interupsi timer 0, interupsi ekternal INT1, interupsi timer 1 dan terakhir adalah interupsi port seri.
Bagan Lengkap Sistem Interupsi MCS51
Meskipun sistem interupsi MCS51 termasuk sederhana dibandingkan dengan sistem interupsi MC68HC11 buatan Motorola, tapi karena menyangkut 5 sumber interupsi yang masing-masing harus diatur secara tersendiri, tidak mudah untuk mengingat semua masalah tersebut, terutama pada saat membuat program sering dirasakan sangat merepotkan membolak-balik buku untuk mengatur masing-masing sumber interupsi tersebut.
Gambar 2 menggambarkan sistem interupsi MCS51 selangkapnya, berikut dengan masing-masing bit dalam register-register SFR (Special Function Register) yang dipakai untuk mengatur masing-masing sumber interupsi.
Saklar yang digambarkan dalam Gambar 2 mewakili bit dalam register yang harus diatur untuk mengendalikan sumber interupsi, kotak bergambar bendera kecil merupakan flag (petanda) dalam register yang mencatat adanya permintaan interupsi dari masing-masing sumber interupsi. Kedudukan saklar dalam gambar tersebut menggambarkan kedudukan awal setelah MCS51 di-reset.
Gambar ini sangat membantu saat penulisan program menyangkut interupsi MCS51.
Interrupt Priority Register ( IP )
MSB

LSB
X
X
X
PS
PT1
PX1
PT0
PX0









Note:
BIT
SYMBOL
FUNCTION
IP.7
-
-
IP.6
-
-
IP.5
-
-
IP.4
PS
Defines the Serial Port interrupt priority level. PS=1 programs it to the higher priority level.
IP.3
PT1
Defines the Timer 1 interrupt priority level. PT1=1 programs it to the higher priority level.
IP.2
PX1
Defines the External Interrupt 1 priority level. PX1=1 programs it to the higher priority level.
IP.1
PT0
Enables or disables the Timer 0 interrupt priority level. PT0=1 programs it to the higher priority level.
IP.0
PX0
Defines the External Interrupt 0 priority level. PX0=1 programs it to the higher priority level.

1.5 Timer Counter
Timer dan Counter merupakan sarana input yang kurang dapat perhatian pemakai mikrokontroler, dengan sarana input ini mikrokontroler dengan mudah bisa dipakai untuk mengukur lebar pulsa, membangkitkan pulsa dengan lebar yang pasti, dipakai dalam pengendalian tegangan secara PWM (Pulse Width Modulation) dan sangat diperlukan untuk aplikasi remote control dengan infra merah.
Pada dasarnya sarana input yang satu ini merupakan seperangkat pencacah biner (binary counter) yang terhubung langsung ke saluran-data mikrokontroler, sehingga mikrokontroler bisa membaca kedudukan pancacah, bila diperlukan mikrokontroler dapat pula merubah kedudukan pencacah tersebut.
Seperti layaknya pencacah biner, bilamana sinyal denyut (clock) yang diumpankan sudah melebihi kapasitas pencacah, maka pada bagian akhir untaian pencacah akan timbul sinyal limpahan, sinyal ini merupakan suatu hal yang penting sekali dalam pemakaian pencacah. Terjadinya limpahan pencacah ini dicatat dalam sebuah flip-flop tersendiri.
Di samping itu, sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah harus pula bisa dikendalikan dengan mudah. Hal-hal yang dibicarakan di atas diringkas dalam Gambar 1.
MCS-51 mempunyai dua buah register timer/ counter 16 bit, yaitu Timer 0 dan Timer 1. Keduanya dapat dikonfigurasikan untuk beroperasi sebagai timer atau counter, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar19.gif
Gambar 1.9. Konsep dasar Timer/Counter sebagai sarana input
Sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah bisa dibedakan menjadi 2 macam, yang pertama yalah sinyal denyut dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya dan yang kedua adalah sinyal denyut dengan frekuensi tidak tetap.
Jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi tetap yang sudah diketahui besarnya, dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai timer, karena kedudukan pencacah tersebut setara dengan waktu yang bisa ditentukan dengan pasti.
Jika sebuah pencacah bekerja dengan frekuensi yang tidak tetap, dikatakan pencacah tersebut bekerja sebagai counter, kedudukan pencacah tersebut hanyalah menyatakan banyaknya pulsa yang sudah diterima pencacah.
Untaian pencacah biner yang dipakai, bisa merupakan pencacah biner menaik (count up binary counter) atau pencacah biner menurun (count down binary counter).

1.5.1 Fasilitas Timer/Counter
Keluarga mikrokontroler MCS51, misalnya AT89C51 dan AT89Cx051, dilengkapi dengan dua perangkat Timer/Counter, masing-masing dinamakan sebagai Timer 0 dan Timer 1. Sedangkan untuk jenis yang lebih besar, misalnya AT89C52, mempunyai tambahan satu perangkat Timer/Counter lagi yang dinamakan sebagai Timer 2.
Perangkat Timer/Counter tersebut merupakan perangkat keras yang menjadi satu dalam chip mikrokontroler MCS51, bagi pemakai mikrokontroler MCS51 perangkat tersebut dikenal sebagai SFR (Special Function Register) yang berkedudukan sebagai memori-data internal.
Pencacah biner untuk Timer 0 dibentuk dengan register TL0 (Timer 0 Low Byte, memori-data internal nomor $6A) dan register TH0 (Timer 0 High Byte, memori-data internal nomor $6C).
Pencacah biner untuk Timer 1 dibentuk dengan register TL1 (Timer 1 Low Byte, memori-data internal nomor $6B) dan register TH1 (Timer 1 High Byte, memori-data internal nomor $6D).
Pencacah biner pembentuk Timer/Counter MCS51 merupakan pencacah biner menaik (count up binary counter) yang mencacah dari $0000 sampai $FFFF, saat kedudukan pencacah berubah dari $FFFF kembali ke $0000 akan timbul sinyal limpahan.
Untuk mengatur kerja Timer/Counter dipakai 2 register tambahan yang dipakai bersama oleh Timer 0 dan Timer 1. Register tambahan tersebut adalah register TCON (Timer Control Register, memori-data internal nomor $88, bisa dialamat secara bit) dan register TMOD (Timer Mode Register, memori-data internal nomor $89).
Pencacah biner Timer 0 dan 1
TL0, TH0, TL1 dan TH1 merupakan SFR (Special Function Register) yang dipakai untuk membentuk pencacah biner perangkat Timer 0 dan Timer 1. Kapasitas keempat register tersebut masing-masing 8 bit, bisa disusun menjadi 4 macam Mode pencacah biner seperti terlihat dalam Gambar 2a sampai Gambar 2d.
Pada Mode 0, Mode 1 dan Mode 2 Timer 0 dan Timer 1 masing-masing bekerja sendiri, artinya bisa dibuat Timer 0 bekerja pada Mode 1 dan Timer 1 bekerja pada Mode 2, atau kombinasi mode lainnya sesuai dengan keperluan.
Pada Mode 3 TL0, TH0, TL1 dan TH1 dipakai bersama-sama untuk menyusun sistem timer yang tidak bisa di-kombinasi lain.
Susunan TL0, TH0, TL1 dan TH1 pada masing-masing mode adalah sebagai berikut:
Mode 0 – Pencacah Biner 13 bit
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar110.gif
Gambar 1.10 Mode 0 - Pencacah Biner 13 Bit
Pencacah biner dibentuk dengan TLx (maksudnya bisa TL0 atau TL1) sebagai pencacah biner 5 bit (meskipun kapasitas sesungguhnya 8 bit), limpahan dari pencacah biner 5 bit ini dihubungkan ke THx (maksudnya bisa TH0 atau TH1) membentuk sebuah untaian pencacah biner 13 bit, limpahan dari pencacah 13 bit ini ditampung di flip-flop TFx (maksudnya bisa TF0 atau TF1) yang berada di dalam register TCON.
Mode ini meneruskan sarana Timer yang ada pada mikrokontroler MCS48 (mikrokontroler pendahulu MCS51), dengan maksud rancangan alat yang dibuat dengan MCS48 bisa dengan mudah diadaptasikan ke MCS51. Mode ini tidak banyak dipakai lagi.
Mode 1 – Pencacah Biner 16 bit
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar111.gif
Gambar 1.11 Mode 1 - Pencacah Biner 16 Bit
Mode ini sama dengan Mode 0, hanya saja register TLx dipakai sepenuhnya sebagai pencacah biner 8 bit, sehingga kapasitas pencacah biner yang tersbentuk adalah 16 bit. Seiring dengan sinyal denyut, kedudukan pencacah biner 16 bit ini akan bergerak dari $0000 (biner 0000 0000 0000 0000), $0001, $0002 … sampai $FFFF (biner 1111 1111 1111 1111), kemudian melimpah kembali menjadi $0000.
Mode 2 – Pencacah Biner 8 bit dengan Isi Ulang
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar112.gif
Gambar 1.12 Mode 2 - Pencacah Biner 8 Bit dengan Isi Ulang
TLx dipakai sebagai pencacah biner 8 bit, sedangkan THx dipakai untuk menyimpan nilai yang diisikan ulang ke TLx, setiap kali kedudukan TLx melimpah (berubah dari $FF menjadi $00). Dengan cara ini bisa didapatkan sinyal limpahan yang frekuensinya ditentukan oleh nilai yang disimpan dalam TH0.
Mode 3 – Gabungan Pencacah Biner 16 bit dan 8 Bit
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar113.gif
Gambar 1.13 Mode 3 – Gabungan Pencacah Biner 16 Bit dan 8 Bit
Pada Mode 3 TL0, TH0, TL1 dan TH1 dipakai untuk membentuk 3 untaian pencacah, yang pertama adalah untaian pencacah biner 16 bit tanpa fasiltas pemantau sinyal limpahan yang dibentuk dengan TL1 dan TH1. Yang kedua adalah TL0 yang dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF0 sebagai sarana pemantau limpahan. Pencacah biner ketiga adalah TH0 yang dipakai sebagai pencacah biner 8 bit dengan TF1 sebagai sarana pemantau limpahan.
Register Pengatur Timer
Register TMOD dan register TCON merupakan register pembantu untuk mengatur kerja Timer 0 dan Timer 1, kedua register ini dipakai bersama oleh Timer 0 dan Timer 1.
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar114.gif
Gambar 1.14 Denah susunan bit dalam register TMOD
Register TMOD dibagi menjadi 2 bagian secara simitris, bit 0 sampai 3 register TMOD (TMOD bit 0 .. TMOD bit 3) dipakai untuk mengatur Timer 0, bit 4 sampai 7 register TMODE (TMOD bit 4 .. TMOD bit 7) dipakai untuk mengatur Timer 1, pemakaiannya sebagai berikut :
1. Bit M0/M1 dipakai untuk menentukan Mode Timer seperti yang terlihat dalam Tabel di Gambar 3a.
2. Bit C/T* dipakai untuk mengatur sumber sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah biner. Jika C/T*=0 sinyal denyut diperoleh dari osilator kristal yang frekuensinya sudah dibagi 12, sedangkan jika C/T*=1 maka sinyal denyut diperoleh dari kaki T0 (untuk Timer 0) atau kaki T1 (untuk Timer 1).
3. Bit GATE merupakan bit pengatur saluran sinyal denyut. Bila bit GATE=0 saluran sinyal denyut hanya diatur oleh bit TRx (maksudnya adalah TR0 atau TR1 pada register TCON). Bila bit GATE=1 kaki INT0 (untuk Timer 0) atau kaki INT1 (untuk Timer 1) dipakai juga untuk mengatur saluran sinyal denyut (lihat Gambar 4).
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar115.gif
Gambar 1.15 Denah susunan bit dalam register TCON
Register TCON dibagi menjadi 2 bagian, 4 bit pertama (bit 0 .. bit 3, bagian yang diarsir dalam Gambar 3b) dipakai untuk keperluan mengatur kaki INT0 dan INT1, ke-empat bit ini dibahas dibagian lain.
MSB

LSB
TF1
TR1
TF0
TR0
IE1
IT1
IE0
IT0









BIT
SYMBOL
FUNCTION
TCON.7
TF1
Timer 1 overflow flag. Set by hardware on Timer/Counter overflow. Cleared by hardware when processor vector to interrupt routine, or clearing the bit in software.
TCON.6
TR1
Timer 1 Run control bit . Set/ cleared by software to turn Timer/ Counter on/off
TCON.5
TF0
Timer 0 overflow flag. Set by hardware on Timer/Counter overflow. Cleared by hardware when processor vector to interrupt routine, or clearing the bit in software.
TCON.4
TR0
Timer 1 Run control bit . Set/ cleared by software to turn Timer/ Counter on/off
TCON.3
IE1
Interrupt 1 Edge flag. Set by hardware when external interrupt edge detected. Cleared when interrupt processed.
TCON.2
IT1
Interrupt 1 type control bit. Set/ cleared by software to specefy falling edge/ low level trigerred external interupts
TCON.1
IE0
Interrupt 0 Edge flag. Set by hardware when external interrupt edge detected. Cleared when interrupt processed.
TCON.0
IT0
Interrupt 0 type control bit. Set/ cleared by software to specefy falling edge/ low level trigerred external interupts
Sisa 4 bit dari register TCON (bit 4..bit 7) dibagi menjadi 2 bagian secara simitris yang dipakai untuk mengatur Timer0/Timer 1, sebagai berikut:
1. Bit TFx (maksudnya adalah TF0 atau TF1) merupakan bit penampung limpahan (lihat Gambar 2), TFx akan menjadi ‘1’ setiap kali pencacah biner yang terhubung padanya melimpah (kedudukan pencacah berubah dari $FFFF kembali menjadi $0000). Bit TFx di-nol-kan dengan istruksi CLR TF0 atau CLR TF1. Jika sarana interupsi dari Timer 0/Timer 1 dipakai, TRx di-nol-kan saat MCS51 menjalankan rutin layanan interupsi (ISR – Interupt Service Routine).
2. Bit TRx (maksudnya adalah TR0 atau TR1) merupakan bit pengatur saluran sinyal denyut, bila bit ini =0 sinyal denyut tidak disalurkan ke pencacah biner sehingga pencacah berhenti mencacah. Bila bit GATE pada register TMOD =1, maka saluran sinyal denyut ini diatur bersama oleh TRx dan sinyal pada kaki INT0/INT1 (lihat Gambar 4).

1.6. Port Serial
Umumnya orang selalu menganggap port seri pada MCS51 adalah UART yang bekerja secara asinkron, jarang yang menyadari port seri tersebut bisa pula bekerja secara sinkron, pada hal sebagai port seri yang bekerja secara sinkron merupakan sarana yang baik sekali untuk menambah input/output bagi mikrokontroler.
http://www.mytutorialcafe.com/image/serial4.gif
Gambar 1.17. Komunikasi serial dengan komputer

Dikenal 2 macam cara transmisi data secara seri. Kedua cara tersebut dibedakan oleh sinyal denyut (clock) yang dipakai untuk men-‘dorong’ data seri, kalau clock dikirim bersama dengan data seri, cara tersebut dikatakan sebagai transmisi data seri secara sinkron. Sedangkan dalam transmisi data seri secara asinkron, clock tidak dikirim bersama data seri, rangkaian penerima data harus membangkitkan sendiri clock pendorong data seri.
Port seri MCS51 bisa dipakai dalam 4 mode kerja yang berbeda. Dari 4 mode tersebut, 1 mode diantaranya bekerja secara sinkron dan 3 lainnya bekerja secara asinkron. Secara ringkas ke-empat mode kerja tersebut bisa dibedakan sebagai berikut:
Mode 0
Mode ini bekerja secara sinkron, data seri dikirim dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD), dan kaki P3.1 (TxD) dipakai untuk menyalurkan clock pendorong data seri yang dibangkitkan MCS51.
Data dikirim/diterima 8 bit sekali gus, dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0) dan diakhiri dengan bit yang bobotnya paling besar (bit 7). Kecepatan pengiriman data (baud rate) adalah 1/12 frekuensi osilator kristal.
Mode 1
Mode ini dan mode-mode berikutnya bekerja secara asinkron, data dikirim melalui kaki P3.1 (TxD) dan diterima melalui kaki P3.0 (RxD).
Pada Mode 1 data dikirim/diterima 10 bit sekali gus, diawali dengan 1 bit start, disusul dengan 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), diakhiri dengan 1 bit stop. Pada MCS51 yang berfungsi sebagai penerima bit stop ditampung pada RB8 dalam register SCON. Kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa diatur sesuai dengan keperluan.
Mode inilah yang umum dikenal sebagai UART (Universal Asynchronous Receiver/Transmitter).

Mode 2
Data dikirim/diterima 11 bit sekali gus, diawali dengan 1 bit start, disusul 8 bit data yang dimulai dari bit yang bobotnya paling kecil (bit 0), kemudian bit ke 9 yang bisa diatur lebih lanjut, diakhiri dengan 1 bit stop.
Pada MCS51 yang berfungsi sebagai pengirim, bit 9 tersebut berasal dari bit TB8 dalam register SCON. Pada MCS52 yang berfungsi sebagai penerima, bit 9 ditampung pada bit RB8 dalam register SCON, sedangkan bit stop diabaikan tidak ditampung. Kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa dipilih antara 1/32 atau 1/64 frekuensi osilator kristal.
Mode 3 Mode ini sama dengan Mode 2, hanya saja kecepatan pengiriman data (baud rate) bisa diatur sesuai dengan keperluan, seperti halnya Mode 1.
Pada mode asinkron (Mode 1, Mode 2 dan Mode 3), port seri MCS51 bekerja secara full duplex, artinya pada saat yang sama port seri ini bisa mengirim data sekali gus menerima data.
Register SBUF merupakan register penghubung port seri. Dalam ke-empat mode di atas, semua instruksi yang mengakibatkan perubahan isi SBUF akan mengakibatkan port seri mengirimkan data keluar dari MCS51. Agar port seri bisa menerima data, bit REN dalam register SCON harus bernilai ‘1’. Pada mode 0, proses penerimaan data dimulai dengan instruksi CLR RI, sedangkan dalam mode lainnya proses penerimaan data diawali oleh bit start yang bernilai ‘0’. Data yang diterima port seri dari luar MCS51, diambil dengan instruksi MOV A,SBUF.
Mengambil data dari SBUF dan menyimpan data ke SBUF sesungguhnya bekerja pada dua register yang berlainan, meskipun nama registernya sama-sama SBUF.
1.6.1 Register-register Port Seri MCS51
MCS51 dilengkapi dengan 2 register dan beberapa bit tambahan untuk keperluan pemakai port seri.
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar151.gif
SBUF merupakan SFR (Special Function Register) yang terletak pada memori-data internal dengan nomor $99. SBUF mempunyai kegunaan ganda, data yang disimpan pada SBUF akan dikirim keluar MCS51 lewat port seri, sedangkan data dari luar MCS51 yang diterima port seri diambil dari SBUF pula. Jadi meskipun hanya menempati satu nomor memori-data internal (nomor $99), sesungguhnya SBUF terdiri dari 2 register yang berbeda.
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar152.gif
SCON merupakan SFR (Special Function Register) yang terletak pada memori-data internal dengan nomor $98, merupakan register utama untuk mengatur kerja port seri MCS51. Setelah reset semua bit dalam SCON bernilai ‘0’.
1. Bit SM0 dan bit SM1 (bit 7 dan bit 6 pada register SMOD) dipakai untuk menentukan mode kerja port seri. Setelah reset kedua bit ini bernilai ‘0’
2. Bit REN (bit 4) dipakai untuk mengaktipkan kemampuan port seri menerima data. Pada mode 0 kaki RxD (kaki P3.0) dipakai untuk mengirim data seri (REN=’0’) dan juga untuk menerima data seri (REN=’1’). Sifat ini terbawa pula pada saat port seri bekerja pada mode 1, 2 dan 3, meskipun pada mode-mode tersebut kaki RxD hanya dipakai untuk mengirim data, agar kaki RxD bisa dipakai untuk menerima data terlebih dulu harus dibuat REN=’1’. Setelah reset bit REN bernilai ‘0’.
3. Pada mode kerja 2 dan mode kerja 3, port seri bekerja dengan 9 bit data, SBUF yang kapasitasnya 8 bit tidak cukup untuk keperluan ini. Bit ke-sembilan yang akan dikirim terlebih dulu diletakkan di TB8 (bit 3), sedangkan bit RB8 (bit 2) merupakan bit yang dipakai untuk menampung bit ke-sembilan yang diterima port seri.
4. Pada mode kerja 1, RB8 dipakai untuk menampung bit stop yang diterima, dengan demikian apa bila RB8 bernilai ‘1’ maka data diterima dengan benar, sebaliknya apa bila RB8=’0’ berarti terjadi kesalahan kerangka (framing error).
Kalau bit SM2 (bit 5) bernilai ‘1’, jika terjadi kesalahan kerangka, RI tidak akan menjadi ‘1’ meskipun SBUF sudah berisi data dari port seri.
Bit ke 9 ini bisa dipakai sebagai bit pariti, hanya saja bit pariti yang dikirim harus ditentukan sendiri dengan program dan diletakkan pada TB8, dan bit pariti yang diterima pada RB8 dipakai untuk menentukan integritas data secara program pula. Tidak seperti dalam UART standard, semuanya itu dikerjakan oleh perangkat keras dalam IC UART.
5. Bit TI (bit 1) merupakan petanda yang setara dengan petanda TDRE (Transmitter Data Register Empty) yang umum dijumpai pada UART standard. Setelah port seri selesai mengirim data yang disimpan ke-dalam SBUF, bit TI akan bernilai ‘1’ dengan sendirinya, bit ini harus di-nol-kan dengan program agar bisa dipakai untuk memantau keadaan SBUF dalam pengiriman data berikutnya.
Sub-rutin SerialOut berikut dipakai untuk mengirim data seri, bisa dipakai untuk semua mode port seri. Baris 02 menunggu TI menjadi ‘1’, dimaksud untuk memastikan pengiriman data sebelumnya sudah selesai. Data yang akan dikirim sebelumnya sudah disimpan di A, pada baris 03 data tersebut dikirim melalui port seri dengan cara meletakannya di SBUF. Agar TI bisa dipakai untuk memantau keadaan SBUF pada pengiriman data berikutnya, pada baris 04 TI di-nol-kan.
01: SerialOut:
02: JNB TI,$ ; tunggu data sebelumnya selesai dikirim
03: MOV SBUF,A ; kirim data baru
04: CLR TI ; petanda ada pengiriman baru
05: RET
6. Bit RI (bit 0) merupakan petanda yang setara dengan petanda RDRF (Receiver Data Register Full) yang umum dijumpai pada UART standard. Setelah SBUF menerima data dari port seri, bit RI akan bernilai ‘1’ dengan sendirinya, bit ini harus di-nol-kan dengan program agar bisa dipakai untuk memantau keadaan SBUF dalam penerimaan data berikutnya.
Sub-rutin SerialIn berikut dipakai untuk menerima data seri, bisa dipakai untuk semua mode port seri. Baris 02 menunggu RI menjadi ‘1’, dimaksud untuk memastikan sudah ada data baru yang diterima pada SBUF. Pada baris 03 data pada SBUF diambil ke A. Agar RI bisa dipakai untuk memantau keadaan SBUF pada pengiriman data berikutnya, pada baris 04 RI di-nol-kan.
01: SerialIn:
02: JNB RI,$ ; tunggu SBUF berisi data baru
03: MOV A,SBUF ; ambil data
04: CLR RI ; pentanda data sudah diambil
05: RET
http://www.mytutorialcafe.com/image/gambar118.gif
Mode 0 port serial
UART merupakan standard yang dipakai untuk komunikasi data seri dengan komputer, komunikasi data seri dengan modem dan lain sebagainya.
Komunikasi data seri secara sinkron seperti mode 0, merupakan komunikasi data seri yang banyak dipakai untuk menghubungkan IC-IC digital dalam sebuah sistem, misalnya pada IC Serial EEPROM, cara ini belakangan menjadi makin populer karena rangkaiannya sederhana dan tidak makan tempat.
Dalam dunia digital, dikenal 3 macam teknik transmisi data seri secara sinkron untuk keperluan di atas, yang paling terkenal adalah teknik ciptaan Philips yang dinamakan sebagai I2C (Inter IC Communication), Motorola mengenalkan teknik yang dinamakan sebagai SPI (Serial Peripheral Interface) dan National Semiconductor menciptakan MicroWire.
Transmisi data seri yang dipakai pada mode 0, tidak sepadan dengan 3 teknik yang disebut di atas, tapi dengan perancangan yang cermat mode 0 ini bisa dihubungkan ke SPI, sehingga bisa dipakai untuk menghubungkan MCS51 dengan mikrokontroler Motorola MC68HC11.
Sinyal data seri sinkron yang ada pada kaki P3.0 dan P3.1, sesungguhnya murni merupakan sinyal yang biasa dipakai untuk mengendalikan shift-register, dengan demikian dengan menghubungkan shift register ke port seri, bisa menambah port input maupun port output dengan mudah.

Baud Rate
Baud rate pada mode 0 adalah tertentu: pada mode 0, Baud Rate = 1/12 x Frekuensi Osilator. Baud rate pada mode 2 bergantung pada nilai bit SMOD pada SFR PCON. Jika SMOD = 0, baud rate adalah 1/64 frekuensi osilator. Jika SMOD=1, baud rate adalah 1/32 frekuensi osilator. Penentuan baud rate mode 2 adalah sebagai berikut:
http://www.mytutorialcafe.com/image/serial1.gif
Sedangkan baud rate pada mode 1 dan 3 ditentukan oleh nilai laju overflow dari Timer 1.
Menggunakan Timer 1 untuk membangkitkan Baud Rate
Ketika timer 1 digunakan untuk membangkitkan clock baud rate, baud rate pada mode 1 dan 3 adalah ditentukan oleh laju overflow timer 1 dan nilai dari SMOD. Penentuan baud rate untuk mode 1 dan 3 adalah sebagai berikut:
http://www.mytutorialcafe.com/image/serial3.gif
Interupsi timer 1 harus disable pada aplikasi ini. Pada kebanyakan aplikasi, timer ini dioperasikan sebagai timer, dengan mode auto reload mode 2. Pada kasus ini baud rate diberikan dengan rumus sebagai berikut:
http://www.mytutorialcafe.com/image/serial3.gif
1.7. Bahasa Asembly
Secara fisik, kerja dari sebuah mikrokontroler dapat dijelaskan sebagai siklus pembacaan instruksi yang tersimpan di dalam memori. Mikrokontroler menentukan alamat dari memori program yang akan dibaca, dan melakukan proses baca data di memori. Data yang dibaca diinterprestasikan sebagai instruksi. Alamat instruksi disimpan oleh mikrokontroler di register, yang dikenal sebagai program counter. Instruksi ini misalnya program aritmatika yang melibatkan 2 register. Sarana yang ada dalam program assembly sangat minim, tidak seperti dalam bahasa pemrograman tingkat atas (high level language programming) semuanya sudah siap pakai. Penulis program assembly harus menentukan segalanya, menentukan letak program yang ditulisnya dalam memori-program, membuat data konstan dan tablel konstan dalam memori-program, membuat variabel yang dipakai kerja dalam memori-data dan lain sebagainya.
1.7.1 Program sumber assembly
Program-sumber assembly (assembly source program) merupakan kumpulan dari baris-baris perintah yang ditulis dengan program penyunting-teks (text editor) sederhana, misalnya program EDIT.COM dalam DOS, atau program NOTEPAD dalam Windows atau MIDE-51. Kumpulan baris-printah tersebut biasanya disimpan ke dalam file dengan nama ekstensi *.ASM dan lain sebagainya, tergantung pada program Assembler yang akan dipakai untuk mengolah program-sumber assembly tersebut.
Setiap baris-perintah merupakan sebuah perintah yang utuh, artinya sebuah perintah tidak mungkin dipecah menjadi lebih dari satu baris. Satu baris perintah bisa terdiri atas 4 bagian, bagian pertama dikenali sebagai label atau sering juga disebut sebagai symbol, bagian kedua dikenali sebagai kode operasi, bagian ketiga adalah operand dan bagian terakhir adalah komentar.
Antara bagian-bagian tersebut dipisahkan dengan sebuah spasi atau tabulator.

Bagian label
Label dipakai untuk memberi nama pada sebuah baris-perintah, agar bisa mudah menyebitnya dalam penulisan program. Label bisa ditulis apa saja asalkan diawali dengan huruf, biasa panjangnya tidak lebih dari 16 huruf. Huruf-huruf berikutnya boleh merupakan angka atau tanda titik dan tanda garis bawah. Kalau sebuah baris-perintah tidak memiliki bagian label, maka bagian ini boleh tidak ditulis namun spasi atau tabulator sebagai pemisah antara label dan bagian berikutnya mutlak tetap harus ditulis.
Dalam sebuah program sumber bisa terdapat banyak sekali label, tapi tidak boleh ada label yang kembar.
Sering sebuah baris-perintah hanya terdiri dari bagian label saja, baris demikian itu memang tidak bisa dikatakan sebagai baris-perintah yang sesungguhnya, tapi hanya sekedar memberi nama pada baris bersangkutan.
Bagian label sering disebut juga sebagai bagian symbol, hal ini terjadi kalau label tersebut tidak dipakai untuk menandai bagian program, melainkan dipakai untuk menandai bagian data.
Bagian kode operasi
Kode operasi (operation code atau sering disingkat sebagai OpCode) merupakan bagian perintah yang harus dikerjakan. Dalam hal ini dikenal dua macam kode operasi, yang pertama adalah kode-operasi untuk mengatur kerja mikroprosesor / mikrokontroler. Jenis kedua dipakai untuk mengatur kerja program assembler, sering dinamakan sebagai assembler directive.
Kode-operasi ditulis dalam bentuk mnemonic, yakni bentuk singkatan-singkatan yang relatip mudah diingat, misalnya adalah MOV, ACALL, RET dan lain sebagainya. Kode-operasi ini ditentukan oleh pabrik pembuat mikroprosesor/mikrokontroler, dengan demikian setiap prosesor mempunyai kode-operasi yang berlainan.
Kode-operasi berbentuk mnemonic tidak dikenal mikroprosesor/mikrokontroler, agar program yang ditulis dengan kode mnemonic bisa dipakai untuk mengendalikan prosesor, program semacam itu diterjemahkan menjadi program yang dibentuk dari kode-operasi kode-biner, yang dikenali oleh mikroprosesor/mikrokontroler.
Tugas penerjemahan tersebut dilakukan oleh program yang dinamakan sebagai Program Assembler.
Di luar kode-operasi yang ditentukan pabrik pembuat mikroprosesor/mikrokontroler, ada pula kode-operasi untuk mengatur kerja dari program assembler, misalnya dipakai untuk menentukan letak program dalam memori (ORG), dipakai untuk membentuk variabel (DS), membentuk tabel dan data konstan (DB, DW) dan lain sebagainya.
Bagian operand
Operand merupakan pelengkap bagian kode operasi, namun tidak semua kode operasi memerlukan operand, dengan demikian bisa terjadi sebuah baris perintah hanya terdiri dari kode operasi tanpa operand. Sebaliknya ada pula kode operasi yang perlu lebih dari satu operand, dalam hal ini antara operand satu dengan yang lain dipisahkan dengan tanda koma.
Bentuk operand sangat bervariasi, bisa berupa kode-kode yang dipakai untuk menyatakan Register dalam prosesor, bisa berupa nomor-memori (alamat memori) yang dinyatakan dengan bilangan atau pun nama label, bisa berupa data yang siap di-operasi-kan. Semuanya disesuaikan dengan keperluan dari kode-operasi.
Untuk membedakan operand yang berupa nomor-memori atau operand yang berupa data yang siap di-operasi-kan, dipakai tanda-tanda khusus atau cara penulisan yang berlainan.
Di samping itu operand bisa berupa persamaan matematis sederhana atau persamaan Boolean, dalam hal semacam ini program Assembler akan menghitung nilai dari persamaan-persamaan dalam operand, selanjutnya merubah hasil perhitungan tersebut ke kode biner yang dimengerti oleh prosesor. Jadi perhitungan di dalam operand dilakukan oleh program assembler bukan oleh prosesor!
Bagian komentar
Bagian komentar merupakan catatan-catatan penulis program, bagian ini meskipun tidak mutlak diperlukan tapi sangat membantu masalah dokumentasi. Membaca komentar-komentar pada setiap baris-perintah, dengan mudah bisa dimengerti maksud tujuan baris bersangkutan, hal ini sangat membantu orang lain yang membaca program.
Pemisah bagian komentar dengan bagian sebelumnya adalah tanda spasi atau tabulator, meskipun demikian huruf pertama dari komentar sering-sering berupa tanda titik-koma, merupakan tanda pemisah khusus untuk komentar.
Untuk keperluan dokumentasi yang intensip, sering-sering sebuah baris yang merupakan komentar saja, dalam hal ini huruf pertama dari baris bersangkutan adalah tanda titik-koma.
AT89S51 memiliki sekumpulan instruksi yang sangat lengkap. Instruksi MOV untuk byte dikelompokkan sesuai dengan mode pengalamatan (addressing modes). Mode pengalamatan menjelaskan bagaimana operand dioperasikan. Berikut penjelasan dari berbagai mode pengalamatan. Bentuk program assembly yang umum ialah sebagai berikut :
Label/Simbol
Opcode
Operand
Komentar

Org
0H

Start:

Kiri:





Delay:
Del1:
Del2:


Mov
Mov
Mov
Call
RL
DEC
CJNE
Sjmp
mov
mov
djnz
djnz
ret
end
A, #11111110b
R0, #7
P0, A
Delay
A
R0
R0, #0, Kiri
Start
R1, #255
R2, #255
R2, del2
R1, del1

; Isi Akumulator
; Isi R0 dengan 7
; Copy A ke P0
; Panggil Delay









Isi memori ialah bilangan heksadesimal yang dikenal oleh mikrokontroler kita, yang merupakan representasi dari bahasa assembly yang telah kita buat. Mnemonic atau opcode ialah kode yang akan melakukan aksi terhadap operand . Operand ialah data yang diproses oleh opcode. Sebuah opcode bisa membutuhkan 1 ,2 atau lebih operand, kadang juga tidak perlu operand. Sedangkan komentar dapat kita berikan dengan menggunakan tanda titik koma (;). Berikut contoh jumlah operand yang berbeda beda dalam suatu assembly.
CJNE R5,#22H, aksi ;dibutuhkan 3 buah operand
MOVX @DPTR, A ;dibutuhkan 2 buah operand
RL A ;1 buah operand
NOP ; tidak memerlukan operand
Program yang telah selesai kita buat dapat disimpan dengan ekstension .asm. Lalu kita dapat membuat program objek dengan ekstension HEX dengan menggunakan compiler MIDE-51, yang dijelaskan sebagai berikut:
1.7.2 Assembly Listing
Program-sumber assembly di atas, setelah selesai ditulis diserahkan ke program Assembler untuk diterjemahkan. Setiap prosesor mempunyai program assembler tersendiri, bahkan satu macam prosesor bisa memiliki beberapa macam program Assembler buatan pabrik perangkat lunak yang berlainan.
Hasil utama pengolahan program Assembler adalah program-obyek. Program-obyek ini bisa berupa sebuah file tersendiri, berisikan kode-kode yang siap dikirimkan ke memori-program mikroprosesor/mikrokontroler, tapi ada juga program-obyek yang disisipkan pada program-sumber assembly seperti terlihat dalam Assembly Listing di Gambar 2.
Bagian kanan Gambar 2 merupakan program-sumber Assembly karya asli penulis program, setelah diterjemahkan oleh program Assembler kode-kode yang dihasilkan berikut dengan nomor-nomor memori tempat penyimpanan kode-kode tadi, disisipkan pada bagian kiri setiap baris perintah, sehingga bentuk program ini tidak lagi dikatakan sebagai program-sumber assembly tapi dikatakan sebagai Assembly Listing.
Membaca Assembly Listing bisa memberikan gambaran yang lebih jelas bagi program yang ditulis, bagi pemula Assembly Listing memberi pengertian yang lebih mendalam tentang isi memori-program, sehingga bisa lebih dibayangkan bagaimana kerja dari sebuah program.
Line  Addr   Code                Source
1:                                        Org 0H
2:     0000   74 FE      Start:    Mov A,#11111110b
3:     0002   78 07                   Mov R0,#7
4:     0004   F5 80       Kiri:      Mov P0,A
5:     0006   12 00 1C              Call Delay
6:     0009   23                        RL A
7:     000A  18                        DEC  R0
8:     000B  B8 00 F6              CJNE R0,#0,Kiri
9:     000E  78 07                   Mov R0,#7
10:   0010   F5 80        Kanan: Mov P0,A
11:   0012   12 00 1C               Call Delay
12:   0015   03                        RR A
13:   0016   18                        DEC R0
14:   0017   B8 00 F6              CJNE R0,#0,Kanan
15:   001A   80 E4                  Sjmp Start
16: ;
17:   001C 79 FF       Delay:   mov R1,#255
18:   001E 7A FF      Del1:     mov R2,#255
19:   0020 DA FE      Del2:     djnz R2,del2
20:   0022 D9 FA                   djnz R1,del1
21:   0024 22                         ret
22:                                        end

1.8. Perangkat Lunak
1.8.1 Compiler MIDE Studio
M-IDE Studio adalah salah satu cara yang digunakan untuk menjalankan kompilasi untuk divais MCS-51. M-IDE Studio mempunyai beberapa fitur yang dapat digunakan untuk edit, compil, dan debug file.
The M-IDE Studio juga dapat digunakan untuk menulis program dalam bahasa C. Dengan menggunakan software ini, maka kita dapat melihat error pada report file LST.
http://www.mytutorialcafe.com/image/mide1.gif
Gambar 1.19. M-IDE Studio
Bila anda perhatikan pada menu toolbar dan menu pilihan, tampak terlihat disable. Hal ini karena file belum dibuat. Untuk membuat sebuah file, lakukan langkah-langkah berikut:
1. Membuat File Baru
Untuk membuat file baru, klik pada menu File atau short cut seperti yang ditunjukkan pada gambar, sehingga akan tampak halaman kosong.
http://www.mytutorialcafe.com/image/mide2.gif
Figure 1.20. File baru dengan halaman kosong
2. Menulis sebuah program
Tulis program assembly pada halaman kosong, dan lakukan penyimpanan file. Bila file telah tersimpan maka akan tampak teks instruksi yang berwarna-warni. Sebagaimana yang ditunjukan pada gambar 3.
http://www.mytutorialcafe.com/image/mide3.gif
Gambar 1.21 Menu penyimpanan file
3. Kompilasi
Agar file dengan ekstensi ASM tersebut dapat diloadkan ke mikrokontroller, maka perlu dilakukan kompilasi dari file ASM ke HEX.
http://www.mytutorialcafe.com/image/mide5.gif
Gambar 1.22 Kompilasi file
4. Debug
http://www.mytutorialcafe.com/image/mide6.gif
Gambar 1.23 Debug file
1.8.2. Microcontroller Software ISP PROG V1.4,
Sangat disayangkan sekali, bahwa keberadaan LPT pada sebuah computer, terutama pada notebook, sudah sangat jarang terlihat, padahal keinginan untuk belajar mikrokontroller sudah tidak bisa ditahan lagi, sehingga kebutuhan sebuah programmer sangat mutlak sangat diperlukan. Pembuatan programmer dengan menggunakan port serial dapat digunakan sebagai alternative untuk melakukan pemrograman ke mikrokontroller, dan keberadaan port serial ini dapat tergantikan dengan menggunakan konverter USB to RS232, apabila di pc atau notebook anda tidak tersedia port serial RS232. Dengan harga yang sangat terjangkau. Berikut merupakan skamatik dari sebuah website yang sangat berguna sekali, 8052.com
http://www.mytutorialcafe.com/image/ispprogserial1.gif
Pada gambar tersebut tampak hanya diperlukan tiga buah kabel yang menghubungkan dari port serial RS232 ke rangkaian programmer. IC AT89c2051 dapat digantikan dengan AT89s2051, ic tersebut merupakan saudara dari 89s51 dengan pin dan ROM yang lebih sedikit, tetapi dengna kemampuan yang tidak kalah hebat. IC ini sesungguhny hanya berfungsi sebagai konverter dari data serial menjadi data parallel, sehingga dapat digunakan untuk melakukan pemrograman secara ISP ke rangkaian target.
1. Buat rangkaian programmer ISP serial sesuai dengan gambar berikut
http://www.mytutorialcafe.com/image/progserial2.gif